Minggu, 17 Maret 2013

Evaluasi dan Hasil Belajar


Pengertian Test
Test adalah alat atau  prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Yang dimaksud dengan test disini adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan, yang harus dijawab), atau perintah – perintah (yang harus dikerjakan) sehingga ( atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee (orang yang melaksanakan test) tersebut.

Fungsi Test
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh test, yaitu :
a.    Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini test berfungsi sebagai mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b.    Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui test tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, dan yang telah dicapai.

Test Objektif
Test objektif yang juga dikenal dengan istilah test jawaban pendek, test “ya – Tidak” dan test model baru adalah salah satu jenis test hasil belajar yang terdiri dari butir – butir soal yang dapat dijawab testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing – masing butir soal.



Test Objektif Bentuk Model Analisis Kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi siolah – olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban – jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.

Contoh :
1.        Rhodophyceae disebut juga ganggang merah, karena di dalam tubuhnya mengandung pigmen yang disebut ...
a.       Melanin
b.      Phycocyanin
c.       Karotin
d.      Phycoxanthin
e.       Phycoerythrin
Jawab : E (Phycoerythrin)
2.        Seorang siswa mengamati sejenis ganggang dengan mikroskop. dari hasil pengamatannya siswa mencatat ciri-ciri sebagai berikut :
·         Merupakan individu bersel satu atau berbentuk filamen yang dilapisi oleh gelatin.
·         Memiliki pigmen fikosianin dan fikoeritrin.
·         Inti selnya tidak jelas.
·         Hidup bersimbiosis dengan tanaman Azzola
Berdasarkan ciri diatas, ganggang tersebut adalah ...
a.       Volvox
b.      Oscillatoria
c.       Anabaena
d.      Spirulina
e.       Ulva
Jawab : C (Anabaena)
3.        Beberapa ganggang biru yang berbentuk benang dapat berkembang biak dengan cara fragementasi. Potongan benang hasil fragmentasi ini akan tumbuh menjadi benang baru yang disebut ...
a.       Pirenoida
b.      Hormogonium
c.       Septa
d.      Heterokista
e.       Hifa
Jawab : B (Hormogonium)
4.        Untuk mewarnai kue diperlukan zat warna orgnik yang berasal dari tumbuhan, diantaranya asam alginnat. Spesies berikut yang dapat menghasilkan zat warna tersebut adalah ...
a.       Euchema spinosum
b.      Choeella vulgaris
c.       Fucus vesiculosis
d.      Usnea dasypoga
e.       Anabaeana azollae
Jawab : C (Fucus vesiculosis)
5.        Pada pemeriksaan air minum untuk memeriksa ada tidaknya pencemaran oleh tinja manusia, digunakan tolak ukur kehadiran salah satu bakteri usus yang bukan patogen tetapi keluar bersama tinja, yaitu ...
a.       Vibrio cholerae
b.      Escherichia coli
c.       Salmonella typhi
d.      Balantidium coli
e.       Streptomyces sp
Jawab : B (Escherichia coli)



Keunggulan Tes Objektif
a.         Tes objektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik.
b.        Tes objektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil testnya.
c.         Mengoreksi hasil test objektif, jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil test urian.
d.        Test ojektif memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil test tersebut.
e.         Butir-butir soal pada test objektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari segi kesukarannya, daya perbedaannya, validitas maupun realibilitasnya.

Kelemahan Tes Objektif
a.         Menyusun butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnnya menyusun test uraian.
b.        Test objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap  daya ingat atau hafalan ketimbang mengungkap tingkat kedalaman berpikit testee terhadap materi yang diujikan.
c.     Dengan test objektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, ada untung dalam memberikan jawaban soal. Ini dapat terjadi, sebab bagi testee yang sekalipun sebenarnya tidak tahu jawabannya, namun karena pada setiap butir soal sudah dipasangkan kemungkinan-kemungkinan jawabnya. Maka tidak ada kesulitan sama sekali bagi testee untuk menebak salah satu diantara kemungkinan jawaban yang telah tersedia.

MIKROBIOLOGI TERAPAN



Mikrobiologi Pangan Part II



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikrobiologi pangan adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang sangat kecil tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang sering ditemukan pada pangan disebut mikrobiologi pangan. Yang dimaksud dengan pangan disini mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan maupun yang sudah diolah.
Mikrobiologi pangan merupakan bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan makanan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat dan menjadikan lemak dan minyak berbau tengik. Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan misalnya dapat menghasilkan produk-produk makanan khusus seperti keju dan acar, kedua produk ini tidak mudah rusak.
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam bahan makanan dintaranya dapat menentukan taraf mutu bahan makanan, dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus. Disamping itu mikroorganisme dapat merupakan makanan tambahan bagi manusia dan hewan. Sesungguhnya mikroorganisme bahkan merupakan sumber makanan pilihan yang menarik.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Mikroba yang merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan. Sedangkan mikroba yang menguntungkan adalah yang berperan dalam proses fermentasi pangan, misalnya dalam pembuatan tempe,oncom, kecap, tauco, tape dll. Oleh sebab itu dengan mengetahui sifat-sifat mikroba pada pangan kita dapat mengatur kondisi sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroba yang merugikan dapat dicegah, sedangkan mikroba yang menguntungkan dirangsang pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi pembuatan makanan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui peningkatan nilai gizi
2.    Untuk mengetahui peningkatan peran penggadaan bau dan rasa
3.    Untuk ,mengetahui mikroorganisme yang merugikan pangan














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peningkatan Nilai Gizi                    
Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan makanan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Mikroba dapat juga menguntungkan, misalnya : menghasilkan produk-produk makanan khusus. Makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak
Kandungan mikroba di bahan pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut serta keefektifan metode pengawetannya.
Pentingnya mikroorganisme dalam bahan makanan , antara lain :
1.        Adanya mikroorganisme terutama jumlah dan macamnya, dapat menentukan taraf mutu bahan makanan.
2.        Mikroba  dapat mengakibatkan kerusakan makanan
3.        Beberapa mikroba dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus
4.        Beberapa mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan hewan
5.        Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan

Jenis dan cara peningkatan mutu gizi pangan
Penambahan zat-zat gizi kedalam bahan makanan dikenal dengan istilah fortifikasi (fortification) atau enrichment (memperkaya). Istilah lain yang sering digunakan dengan maksud yang sama adalah supplement (penambahan), restoration (restorasi, atau pemulihan kembali), dan sekarang banyak digunakan istilah baru yaitu nutrification (nutrifikasi) yang secara harfiah berarti mempergizi atau dengan kata lain meningkatkan nilai gizi.
Suplementasi
Suplementasi harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu. Untuk tujuan meningkatkan nilai gizi suatu bahan makanan, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut :
a.      Zat gizi yang ditambahkan tidak mengubah warna dan citrasa bahan makanan;
b.      Zat gizi tersebut harus stabil selama penyimpanan
c.      Zat gizi tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu interaktif negative dengan zat gizi lain yang terkandung dalam bahan makanan.
d.     Jumlah yang ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan (akibat over –dosis) dapat dihindarkan.
 Suplementasi Protein
Efisiensi penggunaan protein atau mutu gizi suatu protein dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan kepada protein yang kekurangan (defisiensi), sejumlah kecil protein lain yang kaya akan asam amino yang kadarnya rendah dalam protein yang defisien tersebut.
Contoh pada jagung, kelemahan kandungan jagung adalah asam amino esensialnya rendah.terutama lisin dan triptofan, itulah sebabnya mengapa mengunakan jangung yag tinggi harus diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam aminonya tinggi , seperti tepung kedelai.
      Metode yang biasanya digunakan adalah dengan cara menambahkan kepada suatu protein defisien yang jumlahnya ditingkatkan secara bertahap. Kemudian masing-masing campuran dievaluasi nilai gizinya (nilai PER) menggunakan tikus percobaan.
 Suplementasi serat makanan
Dewasa ini banyak diproduksi dan dipasarkan serat makanan dalam bentuk pil atau tablet, yang disebut supplement. Yang dimaksudkan dengan suplementasi serat makanan dalam buku ini adalah penambahan serat makanan dalam pengolahan suatu produk makanan, misalnya roti, biscuit, dan lain-lain, dengan tujuan untuk meningkatkan kadar seratnya.
      Karena fungsinya yang baik untuk kesehatan, serat makanan tidak lagi dianggap sebagai bahan non-esensial; the National Cancer Institute dan Federation of the American Societies for Experimental Biology di Amerika Serikat, menganjurkan konsumsi serat makanan ditingkatkan menjadi sekitar 20-30 g per hari (ncl, 1984;Pilch,1987)
      Selain dari buah-buahan dan sayuran, serat makanan dapat juga diperoleh dari limbah hasil pertanian misalnya dedak gandum, dedak padi (bekatul), dedak oats, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Suplementasi serat makanan dapat dilakukan pada produk pangan seperti cookies, crackers, tortilla chips, fruit smack, exruded snack, pretzels, granola bars, dan produk pangan lainnya termasuk roti.
      Peningkatan nilai gizi bahan makanan dengan cara suplementasi dan fortifikasi dilakukan karena dua macam alasan. Yang pertama disebabkan karena bahan makanan tersebut secara alami defisien akan suatu zat gizi tertentu. Yang kedua adalah karena bahan makanan tersebut kehilangan suatu zat gizi akibat proses pengolahan. Selain alasan tersebut,  digunakan pula untuk meningkatkan konsumsi suatu zat gizi tertentu oleh masyarakat. Sebagai contoh, garam dapur yang mengandung iodium.
Cara Menjaga Gizi dalam Mengolah dan Menyimpan Makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tanda-tanda kerusakan baik secara organoleptik maupun secara objektif. Di bawah ini beberapa kriteria bahan makanan yang dapat dipilih.
  • Serealia dan kacang-kacangan pilih yang kering, tidak ada kutu, tidak berlubang dan tidak bau apek.
  • Buah dan sayur, pilih sayur yang berwarna hijau, segar, tidak berlubang, sayur akar masih muda, sayur yang berwarna lebih terang.
  • Daging dan ikan, pilih ikan dengan mata yang masih bening, insang berwarna merah, sisik melekat kuat, daging masih kenyal, tidak ada aroma busuk dan lendir yang berlebihan.
  • Susu dan hasil olahan, pilih susu yang homogen, tidak menggumpal, tidak mengeras atau berlendir
  • Telur ayam bura, ras, itik, angsa, puyuh, dan penyu. Pilih telur dengan kulit masih utuh, tidak retak, tidak ada kotoran menempel.
  • Makanan kaleng atau makanan awetan, pilih makanan kaleng yang tanggal kadaluarsanya masih jauh, bentuk kaleng normal tidak cembung atau cekung, tidak penyok dan tidak karatan.
Tujuan pengolahan adalah:
  • meningkatkan organoleptik atau cita rasa pangan
  • meningkatkan daya guna
  • meningkatkan nilai gizi dan mengurangi/mematikan zat yang berbahaya
  • menignkatkan daya simpan/lebih awet
  • meningkatkan nilai ekonomi pangan
  • mendapatkan prodek pangan baru
Di dalam melakukan pengolahan perlu diperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
  • menggunakan bahan baku/dasar yang baik
  • menggunakan dan melaksanakan prosedur pengolahan secara benar
  • menjaga higiene  sanitasi makanan
  • mempertahankan sifat-sifat asli/alamiah pangan
Secara umum proses pengolahan akan berpengaruh positif terhadap gizi atau komponen pangan.
  • Protein
  • Karbohidrat
  • Lemak
  • Vitamin
  • Mineral
  • Zat-zat Toksin

2.2 Peran Mikroorganisme Pangan
a.    Berperan di Dalam Peningkatan Nilai Gizi/Nutrisi Makanan
Kandungan mikroba dalam suatu specimen pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetannya. Ini terjadi seperti di dalam pembuatan tempe dari kedele, atau pembuatan bahan makanan lain seperti oncom, tuco, terasi dan sebagainya, yang disamping akan menghasilkan nilai gizi/ nutrisi yang jauh lebih baik dan lengkap, juga nilai organoleptik makanan hasilnya akan lebih baik dan meningkat.
b.    Berperan di Dalam Pengadaan Bau dan Ras
Contohnya seperti terjadi pada tempe, bau dan rasa kacang kedele yang langsung direbus, rata-rata kurang menarik kalau dibandingkan dengan kacang kedele yang telah diproses melalui proses fermentasi yang menghasilkan produk akhir berupa tempe. Juga bau dan rasa susu segar misalnya, banyak yang tidak menyukai kalau dibandingkan bila susu tersebut telah difermentasi menjadi makanan lain, antara lain yoghurt.
c.    Berperan di Dalam Perubahan Warna
Warna, seperti juga bau dan rasa, mempunyai arti yang sangat penting untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik akan lebih banyak mendatangkan peminat kalau dibandingkan makanan tersebut tidak mempunyai warna tertentu. Warna hasil proses mikroba disamping sesui untuk tubuh, stabil, juga aman (tidak ada kecenderungan bersifat karsinogenik).

2.3 Mikroorganisme yang Merugikan Pangan
Kebanyakan bahan makanan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan banyak macam mikroba. Pada keadaan fisik 7°-60° C. mikroba yang tumbuh pada bahan makanan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan makanan, seperti berikut :
a.     Mengubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki
b.     Menurunkan berat atau volume.
c.     Menurunkan nilai gizi/nutrisi.
d.    Mengubah bentuk dan susunan senyawa.
e.     Menghasilkan toksin (senyawa racun) yang membahayakan
Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur dan ragi merupakan penyebab terjadinya kerugian pada bahan makanan seperti diatas. Karenanya terhadap bahan makanan, sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan, selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
Kerusakan paling umum terjadi pada bahan makanan adalah pembusukan, dan ini dapat disebabkan bakteri maupun jamur. Dipihak lain sering makanan yang mengandung enterotoksin dalam jumlah cukup banyak untuk menimbulkan penyakit biasanya mempunyai penampilan, bau dan rasa yang normal, sehingga masih dikonsumsi sehingga menimbulkan keracunan.
Berikut ini merupakan proses-proses peruraian kerusakan pangan oleh mikroba sebagai berikut :
1.        Bahan makanan + mikroorganisme proteolitik asam amino + amin + amonia + hydrogen sulfide
2.        Bahan pangan berkarbohidrat + mikroorganisme peragi karbohidrat           asam + alcohol + gas
3.        Bahan pangan berlemak + mikroorganisme lipolitik asam lemak + gliserol

Berikut ini merupakan beberapa contoh kerusakan pada makanan berkaleng oleh mikroba antara lain :
No
Tipe kerusakan
Kelompok pH
Contoh
1

2
3
4
5
Termofili : asam-datar
Annaerob termofilik
Kerusakan oleh sulfide
Lactobacillus
Khamir
Kapang
5,3 dan lebih tinggi
4,8 dan lebih tinggi
5,3 dan lebih tinggi
4,5-3,7
3,7 dan lebih tinggi
3,7 dan lebih tinggi
Jagung, kacang polong
Bayam, jagung
Jagung, kacang polong
Buah-buahan
Buah-buahan
Buah-buahan



Berikut ini merupakan beberapa contoh kerusakan pada makanan tidak berkaleng oleh mikroba antara lain :
No
Makanan
Tipe Kerusakan
Mikroorganisme
1



2





3



4



5
Roti



Sirup





Buah-buahan dan sayurmayur
segar

Ikan



Telur
Bulukan



Menyerabut 
Menyerabut
Rasa khamir



Busuk lunak
Busuk berkapang kelabu
Busuk berkapang hitam

Berubah warna
Pembusukan


Busuk hijau
Busuk tak berwarna
Rhizopus nigricans, Penicillium
Aspergillus niger

Bacillus subtilis
Enterobacter aerogenes
Saccharomyces, zygosacharomyces


Rhizopus , Erwinia
botrytis
Aspergillus niger

Pseudomonas
Alcaligenes, Flavobacterium

Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas, Alcaligenes

Dalam kerusakan makanan berkaleng, tipe kerusakan mikrobiologis terpenting pada makanan yang dikalengkan secara komersial adalah :
a.    Kerusakan asam-datar. Kerusakan ini disebabkan karena pembentukan asam. Namun, masih mempertahankan penampilan luarnya yang normal; ujung-ujung kaleng itu tetap datar, karena itu dikenal istilah “asam-datar”. Organisme penyebab umumnya adalah Bacillus.
b.    Kerusakan AT. Tipe kerusakan ini disebabkan oleh anaerob termofilik karena itu dinamakan “AT”. Bakteri AT adalah Clostridium thermosaccharolyticum. Bakteri ini memfermentasi gula, menghasilkan asam dan gas; setelah beberapa waktu lamanya gas tersebut mengakibatkan kaleng membengkak dengan ujung-ujungnya menggelembung.
c.    Kerusakan akibat sulfide, tipe kerusakan ini disebabkan oleh bakteri desulfotomaculum nigrificans), terutama pada bahan makanan dengan kadar asam rendah. Selama pertumbuhan dan metabolismenya, bakteri ini menghasilkan hydrogen sulfide.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain :
1.        Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam bahan makanan dintaranya dapat menentukan taraf mutu bahan makanan, dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus. Disamping itu mikroorganisme dapat merupakan makanan tambahan bagi manusia dan hewan.
2.        Keberadaan mikroba pada makanan, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia. Kandungan mikroba yang terkandung didalam bahan pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut serta keefektifan metode pengawetannya.