Senin, 24 Juni 2013

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai perbedaan individual mengakibatkan semakin tingginya tuntutan terhadap variasi metode pembelajaran dalam lingkup pendidikan. Masyarakat menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan dari metode pembelajaran yang konvensional menuju metode-metode yang inovatif sehingga penyerapan materi oleh peserta didik dapat menjadi optimal.
Saat ini pemangku kebijakan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan. Sehingga upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan terus dikembangkan. Salah satu upaya tersebut adalah perbaikan kurikulum yang di dalamnya mencakup metode pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan hingga saat ini menempatkan murid sebagai subjek pembelajaran dan memainkan peran penting di dalam kelas, sementara guru berfungsi sebagai fasilitator. Siswa dituntut untuk memiliki inisiatif dalam pembelajaran sehingga materi yang akan dibahas dapat dipahami secara komprehensif. Selain itu KTSP akan sangat mendukung siswa dalam rangka aktualisasi diri menyampaikan gagasannya.
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode ini menekankan pada interaksi selama pembelajaran serta hubungan interpersonal siswa. Metode pembelajaran kooperatif tidak hanya  tertuju pada pencapaian prestasi akademis semata namun juga sangat tepat untuk melatih perkembangan afeksi siswa. Melalui metode kooperatif, para siswa akan saling berdikusi mengenai materi yang akan mereka pelajari. Metode koorperatif memiliki nilai lebih dalam hal mengakomodasi potensi masing-masing siswa yang sangat beragam.
Bagaimana metode kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik dan kualitas interaksi antar siswa selama dalam proses pembelajaran? Pada makalah
ini kelompok kami akan membahas mengenai metode pembelajaran koorperatif  (Cooperative Learning) yang berupa Jigsaw, NHT (Number Head Together), TPS (Think-Phair-Share), yang merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif  dan  pembelajaran langsung  (Direct Interaction).

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui model pembelajaran Cooperative Learning
2.      Untuk mengetahui model pembelajaran Jigsaw
3.      Untuk mengetahui model pembelajaran NHT (Number Head Together)
4.      Untuk mengetahui model pembelajaran TPS (Think, Phair, Share)
5.      Untuk mengetahui model pembelajaran DL (Direct Interaction)



















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu tugas pembelajaran melalui kelompok siswa yang telah dibentuk (Siegel, 2005).
Metode pembelajaran ini dapat dikatakan metode yang cukup rumit mengingat dilibatkannya interaksi antar siswa maupun kelompok dalam proses pembelajaran. Johnson dkk (dalam Nuegbuzie, 2001) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode belajar berupa kelompok-kelompok kecil dimana siswa belajar bersama-sama untuk meningkatkan pembelajaran dirinya. Sementara menurut Watson dan Marshal (dalam Baer, 2005) menyebutkan bahwa metode pembelajaran koperatif merupakan metode yang identik dengan kondisi siswa yang heterogen dalam hal prestasi akademik. Dari pernyataan para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada interaksi dan kolaboratif siswa untuk mencapai prestasi akademik maupun keterampilan sosial, dimana siswa yang memiliki kemampuan beragam dapat diakomodasi melalui pembelajaran yang sifatnya kooperatif.
Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
§ siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
§ kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
§ jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,
§ penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
1          Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
2          Menyampaikan informasi.
3          Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4          Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
5          Evaluasi atau memberikan umpan balik.
6          Memberikan penghargaan.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak­tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:
1        Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
2        Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
3        Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif
Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang lain.  Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:
1        Keterampilan-keterampilan Sosial
2        Keterampilan Berbagi
3        Keterampilan Berperan Serta
4          Keterampilan-keterampilan Komunikasi
5          Pembangunan Tim
6          Keterampilan-keterampilan Kelompok

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN COOPERATIVE LEARNING
1.        Kelebihan cooperative learning yaitu:
Ø  Meningkatkan harga diri tiap individu
Ø  Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
Ø  Konflik antar pribadi berkurang.
Ø  Sikap apatis berkurang.
Ø  Pemahaman yang lebih mendalam.
Ø  Retensi atau penyimpanan lebih lama.
Ø  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Ø  Cooperative learning dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Ø  Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik).
Ø  Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
Ø  Menambah motivasi dan percaya diri
Ø  Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya.
Ø  Mudah diterapkan dan tidak mahal

2.        Kelemahan cooperative learning yaitu:
Ø  Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
Ø  Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
Ø  Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
Ø  Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

2.2    Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.
Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Adapun tujuan dari teknik jigsaw adalah sebagai berikut :
1.        Menyajikan metode alternatif disamping ceramah dan membaca.
2.        Mengkaji ketergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok untuk edorong kedewasaan berpikir.
3.        Menyediakan kesempatan berlatih dan mendengarkan untuk berlatih kognitif siswa dalam menyampaikan informasi

Prosedur Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1.      Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tip kelompok terdiri atas 4-6 orang) kelompok ini disebut sebagai kelompok asal.
2.      Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3.      Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4.      Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari bagiannya bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan hasil dari diskusi kelompoknya.
5.      Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6.      Sampaikan beberapa pertanyaan pada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.


Kelebihan Dan Kekurangan Metode Jigsaw
1.        Kelebihan model pembelajaran Jigsaw :
Ø  Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.
Ø   Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
Ø   Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.
Ø   Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

2.        Kekurangan model pembelajaran Jigsaw :
Ø  Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.
Ø   Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok  membutuhkan penanganan yang berbeda.

2.3    Pembelajaran Cooperative Learning Tipe THT
Tipe pembelajaran kooperatif melalui metode NHT dirancang khusus agar siswa dapat memahami materi pelajaran meski menggunakan metode berkelompok. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan siswa yang terbagi dalam kelompok untuk menguasai materi pada mata pelajaran yang akan dibahas. Tipe NHT menekankan pada pembentukan struktur-struktur khusus untuk menciptakan pola interaksi siswa. NHT menekankan kepada siswa agar saling bergantung pada keompok-kelompok yang telah dibuat secara kooperatif. Hal ini dapat meminimalkan kegaduhan dalam kelas pada penggunaan metode tradisional dimana siswa mengacungkan tangan terlebih dahulu baru ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan.


Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
2. Pengakuan adanya keragaman
3. Pengembangan keterampilan social

Langkah-langkah penerapan NHT:
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Model pembelajaran cooperative NHT memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu :
1. Kelebihan model pembelajaran cooperative NHT :
Ø  Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan meningkatkan semangat kerja sama
Ø  Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata­kata secara verbal sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi
Ø  Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Ø  Siswa yang kurang pandai bisa diajarkan oleh siswa yang pandai dalam kelompok

2.  Kelemahan model pembelajaran cooperative NHT
Ø  Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Ø  Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
Ø  Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil/prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
Ø  Siswa dituntut melakukan perubahan kebiasaan cara belajar yang semula menerima informasi dari guru secara apa adanya, menjadi cara belajar yang membiasakan siswa belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukan suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun­tahun dilakukan.
Ø  Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar.  Tetapi kebebasan itu tidak berarti menjamin siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakan dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah.

2.4    Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS
Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS) menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperaif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).
Metode pengajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru menyampaikan inti materi atau mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share (TPS) adalah:
1.        guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok,
2.        setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri,
3.        siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya,
4.        kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat


Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajara Komperatif Tipe TPS
Kelebihan dari model pembelajaran komperatif tipe TPS adalah:
Ø  memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Ø  memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
Ø  siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
Ø  siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
Ø  siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
Ø  memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12)
Kelemahan dari model pembelajaran komperatif tipe TPS adalah:
Ø  menurut Hartina (2008:12) sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dengan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
Ø  Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
§   banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor,
§   lebih sedikit ide yang muncul, dan
§   tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
Ø  Menurut Ibrahim (menurut Ibrahim (2000:18) sejumlah siswa akan menjadi bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, dan dapat saling mengganggu antar siswa.

2.5    Pembelajaran Langsung (Direct Interaction)
Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000:7).
Ciri-Ciri Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur hasil belajar
  2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
  3. Sistem pengolahan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil (Nur, 2000 : 3).
Menurut Gagne (dalam Nur 2000 : 4–5) bahwa dalam Model Direct Instruction  terdapat dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Namun, kedua pengetahuan tersebut tidak terlepas antara satu sama lain, sering kali penggunaan prosedural memerlukan pengetahuan deklaratif yang merupakan pengetahuan prasyarat. Model Direct Instruction  dirancang untuk mengembangkan cara belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Langkah – Langkah Pembelajaran Langsung
Secara Umum model pembelajaran langsung telah didesain untuk mempromosikan siswa dalam hal mempelajari pengetahuan yang terstuktur dengan baik dan dapat diajarkan dalam suatu bentuk langkah-per-langkah, atau pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural serta pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana proses belajar dan mengajar berlangsung dalam waktu yang sama (real time) walaupun pengajar dan siswanya secara fisik berada pada tempat yang berbeda satu sama lain. Contoh dari pembelajaran langsung yang pengajar dan siswanya secara fisik berada pada tempat yang berbeda satu sama lain seperti Pembelajaran melalui Chatting.
Dalam buku Suyatno “Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi” bahwa: Metode pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Metode tersebut didasari anggapan bahwa umumnya pengetahuan dibagi dua, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang sesuatu. Prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Lima langkah pembelajaran langsung, yaitu:
1.                       Mengkondisikan
2.                       Penjelasan/demontrasi
3.                       Latihan terbimbing
4.                       Umpan balik, dan
5.                       Latihan lanjutan yang diperluas (penerapannya).
Istilah lain yang sering digunakan untuk model pembelajaran langsung ini, dikemukakan oleh Good dan Grows (1985) ialah pengajaran aktif. Disamping itu, dalam buku Kardi dan Nur (2000) bahwa metode yang berhubungan erat dengan model ini adalah metode kuliah/ceramah dan resitasi/metode pemberian tugas.
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
Menurut metode “Mager” untuk merumuskan tujuan pembelajaran ini bahwa metode pembelajaran langsung bertumpu pada tujuan yang spesifik yang dikenal dengan tujuan perilaku dengan tiga bagian sebagai berikut:
1.    Perilaku Siswa
2.    Situasi pegetesan
3.    Kriteria kinerja.

Sintaksis (langkah-langkah)
Pembelajaran ini dimulai dengan guru menyediakan dasar pemikiran untuk pembelajaran, menetapkan pendirian, dan mendapatkan kesiapan siswa untuk belajar. Ada lima tahap dari model pembelajaran langsung:
  1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
  2. Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan.
  3. Membimbing pelatihan.
  4. Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
  5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep.

Peran Guru:
  1. Guru menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa (memberikan informasi latarbelakang dan menerangkan mengapa pelajaran ini penting).
  2. Guru mendemonstrasikan keterampilan atau meyajikan informasi tahap demi tahap.
  3. Guru memberikan latihan terbimbing.
  4. Guru memeriksa/mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa.
  5. Guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

Keunggulan Pembelajaran Langsung
Dari semua uraian dan rangkuman di atas, maka penelitian mengambil kesimpulan bahwa Model Direct Instruction  dalam pengajaran mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut adalah:
1.        Siswa akan lebih aktif, bersemangat, bermutu (berkualitas) dan berdayaguna. Hal ini akan terjadi, karena pengajaran langsung menggunakan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari guru. Pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demontrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama pula. Tujuan pembelajaran direncanakan oleh guru dan siswa, begitu juga sistem pengelolaan pembelajaran dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana pula. Lingkungan pembelajaran langsung juga harus berorentasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
2.        Penguasaan terhadap materi lebih mendalam karena mendapat bimbingan praktek, mengecek pembahasan siswa dan memberikan umpan balik, serta siswa dapat berlatih sendiri dalam menerapkan hasil belajar. Ini semua sesuai dengan pendapat Briggs dalam Kardi (2001:10) yang menemukakan bahwa pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Pengajaran akan menjadi lebih baik jika dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktivitasnya sendiri, tanpa adanya paksaan apapun. Begitu juga sebaliknya jika pembelajaran tidak diarahkan, mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu siswa menajdi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dari kehidupan sekarang atau yang akan datang.
3.        Pengajaran dilakukan selangkah demi selangkah untuk menumbuhkan sikap percaya diri, berani, kesungguhan, keberanian serta tanggung jawab terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Kardi (2001:2) Salah satu yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu atau pemula dengan pakar adalah bahwa para pakar telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka dapat menerapkannya dengan presisi dan tanpa dipikirkan lagi. Sedangkan para pemula harus menguasasi dasar-dasar hal tersebu terlebih dahulu. Dan untuk pemahaman tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang benar dan terencana. Salah satu kelebihan dari metode pembelajaran langsung ini adalah menanamkan cara atau metode informasi atau suatu pengetahuan dengan selangkah demi selangkah, yang hiharapkan tertata rapi pada diri diri siswa.
4.        Membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia  kerja. Di dalam pembelajaran langsung menurut Kardi (2001:35) guru harus memberikan pelatihan sampai siswa benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari. Karena keterampilan dan konsep yang dipelajari hari itu adalah merupakan persayaratan penting untuk keterampilan dan praktek berikutnya. Disinilah kenapa metode pembelajaran langsung akan mampu menyaipakn siswa ke dunia kerja nyata.
5.        Membiasakan siswa untuk tidak sekedar menghafal materi pelajaran tetapi juga harus mampu menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya. Di dalam pembelajaran langsung siswa dilatih untuk mandiri, tidak hanya menghafal materi pelajaran saja. Kebanyakan letihan mandiri yang diberikan kepada siswa adalah pada fase akhir pertemuan dalam kelas, yang berupa pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah disini dimaksudkan berlatih secara mandiri, hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri, dan memperpanjang waktu belajar belajar bagi siswa.


 Kekurangaan pembelajaran langsung
Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, pada setiap model pembelajaran akan ditemukan keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan Model Pengakaran Direct Instruction. Keterbatasan-keterbatasan Model Pengajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut:
1.        Karena guru memaikan peranan pusat dalam model ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2.        Model Pengajaran Direct Instruction sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula.
3.        Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, Model Pengajaran Direct Instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
4.        Jika terlalu sering digunakan Model Pengajaran Direct Instruction akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa sesmua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pemebelajan siswa itu sendiri.
5.        Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.







BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1.        Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu tugas pembelajaran melalui kelompok siswa yang telah dibentuk.
2.        Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.
3.        Tipe pembelajaran kooperatif melalui metode NHT dirancang khusus agar siswa dapat memahami materi pelajaran meski menggunakan metode berkelompok.
4.        TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperaif, dari pada penghargaan individual,
5.        Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut.


Rujukan:
M.Uzer Usman, “Menjadi Guru Profesional”, Bandung, Rosdakarya, 1996, hal 14
E.Mulyasa, 2005. ”Implementasi Kurikulum 2004 (Panduan Pembenalajaran KBK). Bandung: Rosda Karya, hal 38-43.
Nur Hadi dan Agus G. 2003.”Pembelajaran Kontekstualdan Penerapannya Dalam KBK”. Malang: Universitas Negeri Malang, hal 80
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, ”Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Jakarta 2002
Nasution, “Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar”, Jakarta, PT.Bina Aksara, hal 205