METODOLOGI PENELITIAN
Proses
Penelitian, Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian
Disusun oleh ;
Kelompok
V
Hildayanti A 221 10 066
Selfiana A 221 10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
selalu diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau permasalahan, baik yang
bersifat awam maupun masalah yang menuntut pemecahan secara sistematik.
Masalah-masalah tersebut pemecahannya sering dengan cara sederhana saja dan
bersifat segera dan tidak membutuhkan data-data pendukung.
Disamping masalah-masalah awam, ada
masalah-masalah yang bersifat kompleks atau rumit yang pemecahannya menuntut
dan memerlukan pengumpulan sejumlah data pendukung yang dipergunakan untuk
membuat keputusan dan menarik kesimpulan. Masalah yang seperti inilah yang
menjadi perhatian kita, khususnya dalam dunia pendidikan. Masalah seperti ini
menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya, yaitu melalui langkah-langkah
tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai.
Kedudukan masalah dalam alur
prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau
jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat
menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan
digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat
untuk memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan banyak
fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait yang
mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun tidak semua
masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu makalah ini akan
membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat diselesaikan dengan
suatu penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana proses suatu penelitian?
2.
Apa yang dimaksud dengan permasalahan, masalah, dan
perumusan masalah dalam penelitian?
3.
Bagaiman perumusan tujuan penelitian?
4.
Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian?
5.
Apa yang dimaksud dengan paradigma penelitian?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui bagaimana proses suatu penelitian
2. Untuk
mengetahui penegertian dari permasalahan, masalah dan perumusan masalah
3. Untuk
mengetahui bagaimana perumusan tujuan penelitian
4. Untuk
mengetahui pengertian dari variabel penelitian
5. Untuk
mengetahui pengertian dari paradigma penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Penelitian dan Proses Penelitian
a.
Penelitian
Penelitian
pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematik untuk memecahkan
masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha
ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol fenomena.
Tujuan ini di dasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah
benturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui.
Penelitian
didefenisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematik.
McMillan dan Schumacher (1989) dalam Wiersma (1991:7) mendefenisikan penelitian
sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi
(data) untuk berbagai tujuan.” Sementara Kerlinger (1990 : 17) mendefenisikan
penelitian ilmiah sebagai “penyelidikan sestematik, terkontrol, empiris, dan
kritis tentang fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang
dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut.”
b. Tahap-
Tahap Proses Penelitian
1.
Mengidentifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan
mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan tahap pertama dalam melakukan
penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap ini merupakan
tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian
akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka
peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2.
Membuat Hipotesa
Hipotesa merupakan
jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti. Perumusan hipotesa biasanya
dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang
didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variable yang sedang diteliti.
Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan
Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu
diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya
penelitian deskriptif.
3.
Studi Literature
Pada tahapan ini
peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari
buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah
dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori
mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti
untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka
berpikir ilmiah.
4.
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
Melakukan
identifikasi dan menamai variable merupakan salah satu tahapan yang penting
karena hanya dengan mengenal variabel yang sedang diteliti seorang peneliti
dapat memahami hubungan dan makna variable-variabel yang sedang diteliti.
5.
Membuat Definisi Operasional
Definisi operasional
adalah definisi yang menjadikan variable-variabel yang sedang diteliti menjadi
bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variable-variabel
tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang bersifat abstrak
dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan
pengukuran.
6.
Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
Yang dimaksud dengan
memanipulasi variable ialah memberikan suatu perlakuan pada variable bebas dengan
tujuan peneliti dapat melihat efeknya bagi variable tergantung atau variable
yang dipengaruhinya. Sedang yang dimaksud dengan mengontrol variable ialah
melakukan kontrol terhadap variable tertentu dalam penelitian agar variable
tersebut tidak mengganggu hubungan antara variable bebas dan variable
tergantung.
7.
Menyusun Desain Penelitian
Apa yang dimaksud
dengan menyusun desain penelitian? Desain penelitian khususnya dalam penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan alat dalam penelitian dimana
seorang peneliti tergantung dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu
penelitian yang sedang dilakukan. Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi
peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan
sample, koleksi data dan analisanya. Tanpa desain yang baik maka penelitian
yang dilakukan akan tidak mempunyai validitas yang tinggi.
8.
Mengidentifikasi dan Menyusun Alat
Observasi dan Pengukuran
Yang dimaksud pada
bagian ini ialah tahap dimana seorang peneliti harus melakukan identifikasi
alat apa yang sesuai untuk mengambil data dalam hubungannya dengan tujuan
penelitannya. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif biasanya
peneliti menggunakan kuesioner, khususnya dalam penelitian-penelitian jenis Ex
Post Facto.
9.
Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
Dalam penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kuesioner merupakan salah satu alat
yang penting untuk pengambilan data; oleh karena itu, peneliti harus dapat
membuat kuesioner dengan baik. Cara membuat kuesioner dapat dibagi dua, yaitu
dari sisi format pertanyaan dan model jawaban. Disamping kuesioner, alat
pengambilan data juga dapat dilakukan dengan interview. Cara-cara melakukan
interview diatur secara sistematis agar dapat memperoleh informasi dan/atau
data yang berkualitas dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.
10.
Melakukan Analisa Statistik
Salah satu cirri
yang menonjol dalam penelitian yang menggunanakan pendekatan kuantitatif ialah
adanya analisa statistik. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti
mengetahui makna hubungan antar variable. Sampai saat ini, analisa statistik
merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
untuk menghitung besarnya hubungan antar variable, untuk memprediksi pengaruh
variable bebas terhadap variable tergantung, untuk melihat besarnya pesentase
atau rata-rata besarnya suatu variable yang kita ukur.
11.
Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
Dengan berkembangnya
teknologi komputer yang semakin canggih dan dituntutnya melakukan penelitian
secara lebih cepat serta kemungkinan besarnya jumlah data, maka seorang
peneliti memerlukan bantuan komputer untuk melakukan analisa data. Banyak
perangkat lunak yang telah dikembangkan untuk membantu peneliti dalam melakukan
analisa data, baik yang bersifat pengelohan data maupun analisanya. Salah satu
program yang popular ialah program SPSS.
12.
Menulis Laporan Hasil Penelitian
Tahap terakhir dalam
penelitian ialah membuat laporan mengenai hasil penelitian secara tertulis.
Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat mengkomunkasikan hasil
penelitiannya kepada para pembaca atau penyandang dana.
2.2. Permasalahan, Masalah, dan
Perumusan Masalah Penelitian
a. Permasalahan dan Masalah
Masalah penelitian dipilih berdasarkan
beberapa pertimbangan, antara lain dilihat dari sisi waktu, biaya, kemampuan si
peneliti maupun kontribusi yang akan diberikan oleh penelitian tersebut bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masalah atau disebut juga problem adalah
suatu penelitian. Proses mencari jawaban dari permasalahan hanya bisa dilakukan
melalui proses penelitian. Dengan demikian suatu permasalahan muncul sebelum
kegiatan proses penelitian itu dilakukan. Sedangkan masalah atau permasalahan
dalam penelitian tak terlepas erat kaitanya denga kehidupan sehari-hari dan
merupakan suatu yang lumrah terjadi.
Masalah atau permasalahan ada jika
terdapat kesenjangan antara das Sollen dan das Sein. Kesenjangan tersebut
meliputi dalam materi, pengetahuan, pendidikan, tekhnologi pembelajaran, atau
penerapan suatu model-model pembelajaran di lapangan (Gay,1987). Permasalahan
dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan target yang telah
ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena suatu hal target tidak dapat dicapai.
Sesuatu hal yang menyebabkan tidak terjadinya target disebut masalah.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stoner (1982) mengemukakan bahawa
masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan
antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Menurut Agung Wijaya, Masalah merupakan suatu
keadaan yang tidak seimbang antara harapan/keinginan dengan kenyataan yang ada.
Pendapat lain dari Istijanto, masalah merupakan bagian yang paling penting
dalam proses riset, sebab masalah memberi pedoman jenis informasi yang nantinya
akan dicari.
b. Perumusan Masalah
Penelitian
Perumusan masalah merupakan hal
utama yang ditentukan pada saat pertama kali akan dilakukan riset.
Suriasumantri (2003:312) menyebutkan bahwa rumusan masalah merupakan upaya
untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-peryataan apa saja yang ingin kita
cari jawabannya. Dapat dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan
spesifik mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti.
Rumusan masalah diperoleh dari
identifikasi masalah yang sudah diajukan. Jika identifikasi masalah masih
sangat luas cakupannya, maka rumusan masalah merupakan masalah spesifik yang
sudah dibatasi untuk diteliti lebih lanjut oleh peneliti.
Dalam rumusan masalah yang dibuat,
sudah tergambar dengan jelas desain penelitian yang akan dilakukan, apakah
menggunakan desain kualitatif, kuantitatif (korelasional, komparasi, dan
deskriptif), dan seterusnya.
Bentuk-bentuk
Rumusan Masalah Penelitian
1.
Rumusan
masalah Deskriptif : rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih (variable
yang berdiri sendiri)
2.
Rumusan
Masalah Komparatif: rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan
satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada
waktu yang berbeda.
3.
Rumusan
Masalah Asosiatif : suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menannyakan
hubungan antara dua variable atau lebih.
a)
Hubungan
Simetris : suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama.
b)
Hubungan
Kausal : hubungan yang bersifat sebab akibat. Variable independent (variable
yang mempengaruhi) dan variable dependent (variable yang di pengaruhi).
c)
Hubungan
interaktif/reciprocal/timbal balik : hubungan yang saling mempengaruhi.
c.
Langkah – langkah Perumusan Masalah
Langkah 1 : Tentukan fokus penelitian
Langkah 2 :
Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan dengan focus tersebut yang
dalam hal ini dinamakan subfokus
Langkah 3 :
Dari antara factor – factor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik
untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
Langkah 4 :
kaitkan secara logis factor – factor subfokus yang dipilih dengan focus penelitian.
d. Rumusan
Masalah yang Baik
Rumusan masalah penelitian yang baik, antara
lain:
a.
Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang
lain yang meneliti masalah tersebut.
b.
Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan
terhadap masyarakat.
c.
Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
d.
Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap
masalah tersebut.
e.
Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
f.
Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau
menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.
2.3 Perumusan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan ungkapan sasaran
yang akan dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian harus dinyatakan
dengan kongkrit, jelas dan ringkas dan dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Isi dan rumusan tujuan penelitian harus mengacu pada rumusan
masalah penelitian.
Dalam penelitian deskriptif, tujuan penelitian
adalah untuk memperoleh gambaran dan diskripsi secara rinci, sistematis dan
akurat suatu fenomena. Rumusan tujuan penelitian deskriptif meliputi
mengklasifikasi dan menguraikan tentang sifat-sifat atau faktor-faktor fenomena
tersebut. Suatu penelitian ada yang hanya memerlukan satu tujuan, ada juga
mempunyai beberapa tujuan sesuai dengan sub-permasalahan (Zainuddin:1988).
Tujuan penelitian
merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah
setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian.
Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh jawaban atas
permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena, rumusan tujuan harus
relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan
mencerminkan proses penelitian. Tujuan
penelitian berfungsi :
1. Untuk mengetahui deskripsi berbagai fenomena alamiah
2. Untuk menerangkan hubungan antara berbagai kejadian
3. Untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk memperlihatkan efek tertentu
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Tujuan Umum, mengandung uraian garis besar sasaran akhir secara keseluruan
yang akan dicapai
b. Tujuan khusus, mengandung uraian secara rinci untuk mencapai tujuan umum.
2.4 Variabel
Penelitian
Variabel Penelitian adalah
suatu atribut, nilai/ sifat dari objek, individu / kegiatan yang mempunyai
banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan
dicari Informasinya serta ditarik kesimpulannya.
Beberapa definisi
Variabel menurut para ahli :
1. Menurut Hatch dan Farhady(1981), variabel
dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang
lain.
2. Menurut
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah kontruk(constructs) atau
sifat yang akan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja,
dll.
3. Menurut
kidder (1981),variabel penelitian adalah suatu kualitas dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4. Variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009)
a. Macam – macam Variabel
Menurut
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam
variabel penelitian yaitu:
1. Variabel
independen
Variabel ini sering disebut variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai
variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
ini biasa disebut juga variabel eksogen.
2.
Variabel dependen
Variabel
dependen disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
terikat disebut juga varabel indogen.
3.
Variabel moderator
Variabel
moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen.
4. Variabel intervening
Menurut
Tuckman(1988), “An intervening variabel is that factor that theoritically
affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulated.”
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
atara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur. Variabel ini adalah variabel penyela/antara yang terletak dianatara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
5. Variabel
kontrol
Variabel control
adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan, bila akan melakukan
penilitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimen.
2.5
Paradigma Penelitian
Paradigma adalah cara pandang
atau melihat sesuatu yang hidup dalam diri seseorang dan mempengaruhi orang
tersebut dalam memandang realitas sekitarnya. Paradigma penelitian merupakan
kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap
fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori yang
dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Paradigma
penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta
kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba
& Lincoln, 1988: 89-115).
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan
kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma
adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of
thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut
dipertegas oleh Friedrichs (1980), sebagai suatu
pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George
Ritzer, dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para
ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh
salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi,
ontologi, dan metodologi.
1. Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu,
dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan.
2. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.
Dari definisi dan
muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi paradigma sebagai
alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan;
(1) apa yang harus dipelajari; (2) persoalan-persoalan apa yang harus dijawab;
(3) bagaimana metode untuk menjawabnya; dan (4) aturan-aturan apa yang harus
diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh.
Secara umum, paradigma
penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif. Pendekatan kuantitatif dibangun berlandaskan
paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian
kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl
(1859-1926).
Pendekatan kuantitatif
merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat
positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur
metafisik dan teologik dari realitas sosial. Paradigma ini disebut juga dengan
paradigma tradisional (traditional), eksperimental (experimental),
atau empiris (empiricist). Dalam penelitian
kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge)
yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu
pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience)
yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason).
Menurut Indiantoro &
Supomo masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga
kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan
digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya;
1.
Jika ingin melakukan suatu penelitian yang
lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara
studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma
kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan
hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan
paradigma kuantitatif
2.
Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang
penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma
kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang
mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan
naturalis lebih baik digunakan.
Sifat humanis dari aliran
pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu
utama perilaku individu dan gejala sosial. Pendekatan kualitatif lahir dari
akar filsafat aliran fenomenologi hingga terbentuk paradigma post
positivisme.
· Paradigma
Kuantitatif, juga
dikenal dengan;
a. paradigma tradisional, positivis, eksperimental,
empiris
b. menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
· Paradigma Kualitatif, juga
dikenal dengan;
a. pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau
perspektif postmodern.
b. menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam
kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas
Lebih lanjut perbedaan
paradigma kedua jenis penelitian ini dapat dielaborasi sebagai berikut:
Paradigma Kuantitatif
|
Paradigma Kualitatif |
1.
Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data,
termasuk dalam penarikan sampel.
2.
Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu
cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian
dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3.
Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga
dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive)
dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4.
Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga
peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
5.
Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan
kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
6.
Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data
lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7.
Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan
biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
8.
Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu
ditekankan pada pembuatan generalisasi.
9.
Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa
variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
|
1.
Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun
dalam proses analisisnya.
2.
Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala
(fenomenologis).
3.
Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa
pengaturan yang ketat).
4.
Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber
data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang
“orang dalam”.
5.
Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan
menggunakan metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau
hipotesis.
6.
Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai
instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu
sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
7.
Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang
tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau
abstrak.
8.
Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular,
sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi
otensitasnya.
9.
Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas
(tidak dibatasi pada variabel tertentu).
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut
:
1.
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau
proses sistematik untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan
metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan,
memprediksikan, dan mengontrol fenomena.
2.
Tujuan penelitian
merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah
setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian.
3.
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan
secara tersurat pernyataan-peryataan apa saja yang ingin kita cari jawabannya.
Dapat dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan spesifik mengenai
ruang lingkup masalah yang akan diteliti.
4.
Variabel Penelitian adalah
suatu atribut, nilai/ sifat dari objek, individu / kegiatan yang mempunyai
banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan
dicari Informasinya serta ditarik kesimpulannya.
5.
Paradigma penelitian merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori yang
dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
0 komentar:
Posting Komentar