Senin, 26 November 2012

HORTIKULTURA DI UPT. SIDERA. PALU SULAWESI TENGAH


BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al., 1975). Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).
Peranan hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan  e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba  Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Apabila dilihat dari data selama Pelita V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman komoditas telah menunjukkan hasil  yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 1988 – 1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha,  dan buah-buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994).
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa petani hortikultura merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa : penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit yang bermutu. Tampak disini bahwa komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.
Hortikultura, Istilah ini sudah tidak asing lagi guna menyebut golongan tanaman berupa sayur-mayur dan buah-buahan. Hasil budidaya Hortikultura umumnya untuk konsumsi atau pangan. Namun, jika dengan sedikit kreatifitas, sayur-mayur dan buah-buahan ternyata bisa juga diolah menjadi benda seni yang tentu saja punya nilai ekonomis tersendiri. Akibat krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, jerih payah yang telah dibangun dalam pembangunan nasional selama lebih 30 tahun telah tersapu, sehingga memerosotkan kehidupan ekonomi. Hal ini telah menimbulkan permasalahan ekonomi yang berlarut-larut dan keresahan sosial yang berlanjut, seakan-akan menempatkan Indonesia ke awal  pembangunan. Harapan untuk pulihnya perekonomian nasional di masa mendatang masih terbuka lebar, karena Indonesia masih memiliki berbagai kekuatan fundamen ekonomi seperti sumberdaya alam, manusia, infrastruktur, kelembagaan yang ada, pengalaman mengatasi kesulitan, akan menjadi modal awal untuk membangun kembali perekonomian nasional. Salah satu strategi pembangunan ekonomi yang diyakini dapat diandalkan adalah melalui pembangunan pertanian / agribisnis.
Hortikultura yang dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat unggulan. Komoditas yang diutamakan adalah yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan tersebut meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada.

1.2     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana keadaan wilayah di UPT. Desa Sidera
2.      Bagaimana perekonomian di UPT. Desa Sidera
3.      Bagaimana keadaan sosial budaya di UPT. Sidera
4.      Bagaimana cara pengelolaan hortikultura di UPT. Desa Sidera

1.3     Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk Mengetahui keadaan wilayah di UPT. Desa Sidera
2.      Untuk Mengetahui perekonomian di UPT. Desa Sidera
3.      Untuk Mengetahui keadaan sosial budaya di UPT. Desa Sidera
4.      Untuk Mengetahui cara pengelolaan hortikultura di UPT. Desa Sidera
BAB II
LANDASAN TEORI


Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi agroklimat yang tinggi,  merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.
Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Apabila dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, nampak bahwa kebutuhan masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, ternyata baru tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun (Sunaryono, 1987, dalam Notodimedjo, 1997). Dari kenyataan tersebut tercermin adanya peluang dan tantangan yang harus kita hadapi.
Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu kita harus mampu memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang perlu ditingkatkan secara kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman bagi pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses tidaknya Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman akan ditentukan oleh kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam rangka mewujudkan daya saing yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang dihasilkan.
Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
Kita perlu menyadari bahwa kita dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki daya saing yang kuat, apabila kita tidak meningkatkan daya saing maka tidak akan mampu bersaing, bukan hanya di pasar luar negeri, tetapi juga di pasar dalam negeri sendiri, yang telah nampak pada kasus sekarang ini, seperti : beras, gula, buah-buahan dan lainnya.
Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam masih tinggi.  Untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibagikan kepada petani-petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap keluarga tani dan menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian (Siswono Yudohusodo, 1999).
Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya  (Dudung Abdul Adjid, 1993).
Selanjutnya Dudung Abdul Adjid (1993) menyatakan bahwa pada PelitaVI yang merupakan awal PJPT II ditandai dengan terjadinya arus globalisasi yang mengakibatkan pembangunan nasional semakin terkait dengan perkembangan dunia internasional antara lain dengan adanya putaran Uruguay (GATT) sehingga pasar Indonesia khususnya di bidang pertanian makin terbuka akan produk pertanian dari luar negeri. Kondisi ini selain mengandung berbagai kendala juga membuka peluang pasar internasional yang besar bagi produk pertanian yang sifatnya kompetitif.
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan hortikultura pada khususnya, karena dalam pengusahaannya dituntut untuk efisien, mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu pengolahan hasil serta menunjang pembangunan wilayah. Oleh karena itu dalam pengembangan hortikultura tidak lagi hanya memperhatikan aspek produksi, tetapi lebih menitik beratkan pada pengembangan komoditi yang berorientasi pasar (agribisnis).
Komoditas hortikultura selain menjadi salah satu komoditas andalan ekspor non migas, tanaman dan produk yang dihasilkannya banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia; pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2 atau pencemar udara lainnya; limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh baik bagi kesehatan jiwa. Tetapi keuntungan-keuntungan tersebut menjadi berkurang manakala teknik budidaya yang dilaksanakan malah menimbulkan pencemaran, baik terhadap lingkungan hidup  maupun terhadap kesehatan manusia.
Dalam GBHN 1993 pembangunan pertanian hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias ditumbuh kembangkan menjadi agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komparatif berupa : iklim yang bervariasi, tanah yang subur, tenaga kerja yang banyak serta lahan yang tersedia. Produksi hortikultura diarahkan agar mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri termasuk agroindustri serta memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu penerapan sistem budidaya hortikultura yang lebih baik serta penggunaan teknologi yang tepat dan berwawasan lingkungan, yang sering dikenal dengan sistem GAP (Good Agricultural Practice). Sebagaimana kita ketahui sektor hortikultura baru mendapat perhatian setelah usaha swasembada beras tercapai, sehingga hasil-hasil penelitian yang dapat diterapkan untuk pengembangan hortikultura di Indonesia masih terbatas.
Teknologi yang saat ini diterapkan merupakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian target produksi dengan menggunakan masukan produksi yang semakin meningkat, seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Disamping hasil positif dengan peningkatan produksi, penggunaan masukan modern juga mendatangkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut :
[  Penggunaan pupuk buatan mendatangkan pencemaran pada air permukaan dan air tanah dengan adanya residu  nitrat dan fosfat, dan tanah menjadi semakin berkurang kesuburannya karena penggunaan pupuk berlebihan.
[  Penggunaan varietas unggul yang monogenik dan seragam secara spesial dan temporal mengurangi keanekaragaman hayati, dan hilangnya berbagai jenis tanaman asli.
[  Penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan resistensi, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, terbunuhnya binatang bukan sasaran dan residu racun pada buah dan sayuran serta lingkungan.
[  Selain itu kegiatan pertanian secara intensif juga berperan dalam proses pemanasan bumi atau efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon antara lain melalui emisi gas metan dan N2O akibat penggunaan pupuk buatan ( Kasumbogo Untung, 1994).
Dengan demikian usaha pencapaian sasaran produksi untuk memenuhi permintaan dan target dikhawatirkan akan semakin mengurangi sumber daya alam, mengurangi keaneka ragaman hayati dan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Dewasa ini lingkungan yang dikaitkan dengan produk pertanian sedemikian kuatnya diluncurkan terutama di negara-negara maju, sehingga penduduknya menuntut agar produk pertanian bebas dari cemaran bahan kimia, dan mereka  mulai lebih suka mengkonsumsi produk yang dihasilkan melalui proses alami yang dikenal dengan pertanian organik (“organic farming”).
Pertanian organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik seperti pupuk buatan,  pestisida dan zat pengatur tumbuh.  Pertanian organik memadukan  berbagai cara seperti pergiliran tanaman, tumpangsari, penggunaan sisa bahan organik sebagai pupuk, serta pengendalian hama secara terpadu dengan mengoptimalkan cara biologis (Kasumbogo Untung, 1994). Kecenderungan seperti ini membuka suatu peluang baru dalam bisnis di bidang pertanian terutama tanaman hortikultura yang produknya sering dikonsumsi secara langsung atau dalam keadaan segar.
Selain itu ada alasan-alasan yang mendorong berkembangnya teknik bertani yang berwawasan lingkungan yaitu ratifikasi hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang dicantumkan dalam agenda 21, chapter 14, yang meminta agar setiap negara meninjau kembali berbagai kebijaksanaan pembangunan pertanian sayuran atau buah-buahan yang diproduksi secara konvensional. Dewasa ini banyak negara telah memberlakukan persyaratan akan “ecolabelling” atau “green product” terhadap produk pertanian yang akan diimpornya (Kasumbogo Untung, 1994), sehingga hal ini harus mulai direncanakan sejak dari sekarang apabila kita para pelaku hortikultura ingin mengembangkan Hortikultura dalam menghadapi Pasar Bebas pada abad 21 mendatang.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengambilan Data
            Adapun metode yang digunakan adalah metode wawancara dan metode observasi. Dimana metode wawancara ini adalah metode yang langsung berhubungan dengan sumbernya. Sedangkan metode observasi adalah metode yang meninjau lokasi secara langsung.

3.2 Analisi Data
            Pada hasil observasi yang telah dilakukan, Status lahan yang ditempati UPT Sidera adalah lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi yang luas keseluruhannya adalah 1.230 Ha terletak di Desa Pombewe dan Olobojo. Pembukaan lokasi tersebut untuk pemukiman berdasarkan pada Surat Direktur PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi Nomor : 001/HHS-TKI/Ext/95 tentang penyerahan lahan HGU kepada Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah. Seluas 500 Ha di Desa Sidera untuk dijadikan lokasi pemukiman transmigrasi dengan sistem kerjasama pengusahaan tanaman Hortikultura.
Sesuai dengan kondisi fisik lahan yang merupakan lahan kering, bertopografi miring dan bergelombang, maka pemukiman transmigrasi yang dikembangkan dilokasi ini merupakan Transmigrasi Pola Lahan Kering (TPLK) dengan tanaman hortikultura (Sayuran dan buah-buahan) menjadi komoditi utama dengan sasaran produksi untuk ekspor. Namun dalam perjalanannya PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi Tengah yang rencananya akan menjadi bapak angkat ternyata kegiatannya tidak berlanjut, sehingga lahan yang ada oleh warga tetap dikembangkan komoditi holtikultura (sayuran hijau, bawang merah, cabe, tomat) namun pengelolaan sampai pemasarannya ditangani sendiri oleh masing-masing warga transmigran.
1.1 Letak
            Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Sidera secara administrasi terletak di Desa Sidera Kecamatan Sigi-Biromaru Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis UPT Sidera terletak pada garis bujur 119056’00” BT - 119058’00” BT dan garis lintang 00000’58” LS - 01001’00” LS.
            Secara ekonomi UPT  ini memiliki jarak dengan pusat-pusat pertumbuhan sebagai berikut : Ke Ibu kota Kecamatan Sigi-Biromaru berjarak 5 km, Ke Ibu kota Kabupaten Donggala berjarak 40 km, Ke Ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah (Palu) berjarak 13 km.
1.2 Batas
            Secara fisik UPT Sidera berbatasan dengan : Sebelah Utara dengan Desa Pombewe dan Sungai Paneki, Sebelah Selatan dengan Jl. Raya Sidera – Desa Olobojo dan Sungai Wuno, Sebelah Timur dengan Gunung Kafarantabo, dan Sebelah Barat dengan Jl. Pombewe – Olobojo.
1.3 Aksesibilitas
            Lokasi UPT Sidera dapat dijangkau dengan mudah dari kota palu dengan menggunakan kendaraan roda empat melalui jalan aspal sepanjang 15 km kea rah selatan kota palu, dengan waktu tempuh sekitar 15 – 30 menit.
Untuk mencapai lokasi dapat menggunakan kendaraan umum melalui rute utama yaitu Kota Palu (terminal) + Biromaru (Mpanau) + Desa Sidera + Olobojo             Lokasi UPT Sidera. Ongkos angkutan umum melalui rute tersebut adalah Rp. 3.000,- Rute lainnya adalah Palu (terminal) + Biromaru (Mpanau) + Kampung Pombewe + lokasi. Ongkos angkutan dengan menggunakan kendaraan umum sekitar Rp. 2.500 – Rp. 3.000,-
            Tingkat kemudahan hubungan (aksessibilitas) antara kota palu sebagai pusat perkembangan dengan lokasi, cukup baik. Apalagi pada hari – hari libur lokasi ini dapat merupakan pilihan tempat rekreasi bagi warga kota Palu sekaligus untuk membeli sayuran untuk kebutuhan keluarga.
1.4 Luas dan Bentuk Lokasi
            Berdasarkan Surat Direktur PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi Nomor : 001/HHS-TKI/Ext/95 tentang penyerahan lahan HGU kepada Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah, maka lahan HGU seluas 500 Ha di Desa Sidera diserahkan untuk dijadikan pemukiman transmigran dengan system kerjasama pengusahaan tanaman Hortikultura.
            Pola pemukiman masyarakat di UPT Sidera telah disusun berdasarkan system blok dimana pemukiman masyarakat mengikuti alur jalan yang berhubungan dengan fasilitas umum, dan selebihnya adalah lahan usaha pertanian.
            Lokasi pemukiman di UPT Sidera berupa Satuan Pemukiman (SP) yang terdiri atas SP-A dan SP-B, dimana bentuk lokasi SP-A didominasi oleh lahan berbukit dan bergunung sedangkan bentuk lokasi SP-B relative lebih landai.
1.5 Tanah
            Di UPT Sidera terdapat dua macam tanah yaitu :
1.         Regusol Eutrik yang terbentuk dari bahan induk alluvium dan meliputi areal seluas 775,7 Ha, menyebar pada wilayah datar (0-3 %) hingga berbukit (26-40%).
2.         Regusol Eutrik yang terbebtuk dari bahan induk alluvium dan umumnya terbentuk pada wilayah bergunung (>40%). Luas wilayah untuk macam tanah ini adalah 454,6 Ha.
1.6    Lahan
Peruntukan lahan di UPT Sidera diarahkan pada Transmigrasi Pola  Usahatani Lahan Kering (TPLK) dengan komoditi utama Hortikultura. Alokasi lahan yaitu : Lahan Perkarangan seluas 0,5 Ha dan Lahan Usaha (LU) seluas 0,5 Ha untuk setiap KK transmigran ; Lahan Pusat Desa ; Lahan Test Farm/Seed Farm ; Lahan Kas Desa ; Lahan Pengembalaan ; Lahan Fasilitas Umum dan Jalan Desa ; Lahan untuk Fasilitas umum lainnya.


1.7  Topografi
Topografi lahan di UPT Sidera terutama di SP-1 didominasi oleh lahan berbukit sampai bergunung. Adapun klasifikasi lahan di UPT Sidera secara lengkap disajikan pada table berikut :
Tabel 1
Luas Lahan Berdasarkan Kelas Lereng
Bentuk Wilayah
Kelas Lereng (%)
Luas
Ha
%
Datar
Berombak
Bergelombang
Agak Berbukit
Berbukit
Bergunung
0 – 3
4 – 8
8 – 15
15 – 25
25 – 40
> 40

45,50
341,90
95,30
122,40
170,30
454,60
3,70
27,80
7,70
10,00
13,80
37,00
Jumlah
1.230,00
100,00

Pendidikan
a.    Pendidikan formal
Untuk sarana pendidikan di UPT Sidera, telah dibangun 1 – 5 unit gedung permanen untuk Sekolah Dasar ( SD ) yang di tempatkan di areal fasilitas umum di SP-A. Adapun untuk proses belajar mengajarnya di tunjang oleh 1 kepala sekolah, 3 orang guru bantu tetap dan 1 orang guru honorer serta 1 orang penjaga sekolah. Jumlah murid secara keseluruhan dari kelas I – VI yaitu 125 orang dengan jumlah murid laki – laki 63 orang dan murid perempuan 62 orang.
b.    Pendidikan non-formal
Selain pendidikan formal, juga terdapat pendidikan non-formal berupa pelatihan keterampilan usaha tani lengkap terpadu sebanyak 26 orang, kursus tani 157 orang, peternakan 100 orang, koperasi 10 orang, kepemimpinan dan pembinaan desa 10 orang, peningkatan keterampilan wanita 25 orang, pertukangan dan industry rumah tangga 10 orang, PKK 30 orang, keluarga berncana ( KB ) 8 orang, pembantu PPL 1 orang dan kesehatan 1 orang. Pelatihan kursus keterampilan ini dilaksanakan oleh instansi pemerintahan di tingkat provinsi dan kabupaten. Dapat juga oleh instansi swasta dan LSM.
Mencermati jenis pelatihan yang telah dilaksanakan dan jumlah warga yang telah mengikuti pelatihan/kursus peningkatan keterampilan sudah cukup memadai, maka dapat dikatakan bahwa kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) di UPT Sidera sudah cukup baik untuk melakukan berbagai kegiatan dalam segala bidang pembangunan.
Kesehatan dan KB
Untuk sarana dan pelayanan kesehatan di UPT Sidera, telah di bangun 1 buah puskesmas pembantu yan dilengkapi dengan 1 buah rumah petugas kesehatan. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, petugas dalam hal ini bidan dibantu oleh 2 orang dukun bayi. Lain halnya dengan pelayanan yang dilakukan oleh dokter yang bersifat insidentil atau pada kondisi – kondisi tertentu saja. Dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan warga, sudah tentu di butuhkan tenaga kesehatan, obat – obatan dan peralatan yang memadai pula.
Adapun jenis – jenis penyakit yang menyerang dan jumlah warga yang terkena penyakit tersebut dalam satu tahun terakhir ini, seperti malaria 11 orang, muntaber 36 orang, infeksi saluran pencernaan 40 orang, infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) 125 orang, penyakit kulit 39 orang dan luka baru 6 orang. Dari informasi ini diketahui bahwa jenis penyakit di UPT Sidera tergolong cukup banyak. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahan – bahan kimia beracun dalam setiap aktivitas usaha tani yang menyebabkan timbulnya penyakit seperti infeksi saluran pencernaan, ISPA, dan penyakit kulit lainnnya.
Dalam usaha pengendalian pertumbuhan penduduk, maka di UPT Sidera di bangun 2 pos KB yang dilayani oleh 1 orang petugas KB ( PLKB ). Adapun penggunaan alat kontrasepsi seperti Pil berjumlah 60 orang, spiral/IUD 5 orang, kodom 1 orang, suntik 53 orang serta susuk 20 orang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran dalam mengendalikan kelahiran sudah cukup baik.
Pertanian
            Modal utama untuk kegiatan usaha ekonomi masyarakat di UPT Sidera adalah kepemilikan lahan usaha. Jumlah luas lahan usaha yang telah dibagikan kepada trasmigran adalah 200 Ha, terdiri atas 100 Ha Lahan Perkarangan (LP) atau masing-masing KK memperoleh 0,5 Ha dan 100 Ha Lahan Usaha atau setiap KK memperoleh 0,5 Ha lahan usaha. Untuk budidaya tanaman secara intensif pada umumnya warga saat ini hanya menggunakan lahan perkarangan, sedangkan lahan usaha hanya sekitar 30% warga yang telah memanfaatkannya. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan air pengairan yang belum mampu menjangkau semua lahan usaha.
            Jenis tanaman yang banyak diusahakan warga di UPT Sidera adalah jenis sayur – sayuran seperti bawang merah, bawang goring, tomat, cabe. Rata – rata luas pengusahaan tanaman sayuran untuk setiap KK adalah 0,1 Ha, sehingga secara keseluruhan luas tanaman sayuran dapat mencapai 20 Ha. Khusus untuk tanaman bawang merah dan bawang goring mencapai luasan tanam 12,5 Ha dengan luas panen 12,0 Ha. Luas tanam cabe 8,25 Ha dengan luas panen 7,75 Ha. Produktivitas tanaman bawang merah/goring rata – rata 8 – 10 ton/Ha. Sedangkan produktivitas cabe berkisar 10 – 12 ton/Ha.
            Sesuai dengan pola trasmigrasi adalah pola holtikultura maka tanaman buah-buahan yang lebih banyak diusahakan dilokasi ini seperti 500 pohon mangga, jeruk 300 pohon, nangka 150 pohon, kakao 120 pohon, kelapa 10 pohon dan jambu mente 85 pohon. Serta pisang, nenas, dan alpukat.

Peternakan
            Jenis ternak yang ada yaitu 18 ekor sapi, 67 ekor kambing, 230 ekor ayam dan 60 ekor itik. Untuk pengembangan usaha peternakan utamanya ternak kambing warga melalui kelompok tani, dan kelompok tani tersebut perna memperoleh bantuan dari instansi teknis terkait.

Perikanan
            Usaha perikanan UPT Sidera belum berkembang, namun melihat potensinya sangat memungkinkan untuk mengembangkan usaha perikanan darat berupa kolam/tambak untuk memanfaatkan air buangan irigasi terutama pada malam hari dimana air tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman.

Kependudukan
Berdasarkan data penempatan transmigran di UPT Sidera diketahui bahwa jumlah penduduk sebanyak 912 jiwa dari 230 KK. Daerah asal transmigrasi adalah Jawa tengah, NTT, NTB, APDT dan TSM. Kondisi perkembangan penduduk di UPT Sidera hingga bulan juni 2006 mencapai 264 KK dari 230 KK pada awal penempatan.  Penambahan KK lainnya berasal dari transmigran spontan sebanyak 34 KK yang berasal dari masyarakat korban konflik poso. Adapun pemeluk agama di UPT Sidera ada 2 yang mayoritas di dominasi oleh agama islam selebihnya agama Kristen.
Modal utama untuk kegiatan usaha ekonomi masyarakat di UPT Sidera adalah kepemilikan lahan usaha. Jumlah luas lahan usaha yang telah dibagikan kepada transmigran adalah 200 Ha, yuang terdiri atas 100 Ha lahan pekarangan ( LP )  atau masing - masing KK memperoleh 0,5 Ha dan 100 Ha untuk lahan usaha.

  
BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Analisis Interaksi Lingkungan ABC dan Manusia
Pengertian Hortikultura
Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Hortikultura memiliki makna seluk beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran, buah – buahan atau tanaman hias. Pada umumnya budidaya hortikultura diusahakan lebih intensif dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari budidaya holtikultura ini per unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Misalnya tanaman hias berfungsi untuk member keindahan (aestetika), buah – buahan sebagai makanan, dan lain-lain. Holtikultura berinteraksi dengan disiplin ilmu lainnya seperti kehutanan, agronomi, dan ilmu terapan lainnya.

Penggolongan Hortikultura
Hortikultura dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu:
1.        Tanaman Buah-buahan
Kelompok tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi, seperti ada yang berbentuk :pohon (misalnya rambutan, mangga, durian, jeruk, dan sebagainya), atau bentuk semak markisa).
2.        Tanaman sayuran
Tanaman ini merupakan tanaman hortikultura yang utama. Sayuran juga dapat diklasifikasikan atas bagian apa dari sayuran tersebut yang dapat digunakan. Bagian tanaman tersebut dapat berasal dari daun, tangkai daun, umbi, batang, akar, bunga, buah ataupun biji. Berbeda dengan tanaman buah - buahan, sayuran memiliki umur yang relatif singkat. Tanaman ini umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, oleh karenanya proses penanganannya lebih spesifik dibandingkan dengan hortikultura lainnya.
3.        Tanaman Hias
Manfaat dari tanaman hias ini adalah meningkatkan aestetika lingkungan.
Budidaya tanaman ini dapat dilakukan pada ruang terbuka maupun didalam ruangan.
4.        Lanskap arsitektur
Lanskap menggunakan tanaman tertentu yang dipadukan dengan elemen elemen lainnya untuk menghasilkan pemandangan yang indah. Aspek utama dalam lanskap arsitektur ini adalah penutupan permukaan tanah yang umumnya diwakili dengan rumput. Lanskap arsitektur sedemikian pentingnya karena dapat memuaskan masyarakat yang melihatnya dan berpengaruh terhadap efek fisiologis manusia.

Ciri – ciri tanaman hortikultura
Ciri – ciri Hasil tanaman hortikultura mempunyai sifat khusus yaitu sebagai berikut :
1.        Produksinya musiman, beberapa diantaranya tidak tersedia sepanjang tahun, contohnya : Durian, Langsat, Rambutan, Manggis dan lain sebagainya.
2.        Memerlukan voleme (ruangan) yang besar, menyebabkan ongkos angkut menjadi besar pula dan harga pasar menjadi tinggi.
3.        Memiliki daerah penanaman (geografi) yang sangat spesifik atau menuntut Agroklimat tertentu, contoh : Jeruk Tebas, Durian Balai Karangan, Langsat Punggur, Duku Palembang, Jeruk Garut, Mangga Indramayu, Markisa Medan, Rambutan Parit Baru, Nenas Palembang dan lain sebagainya.
4.        Memiliki nilai estetika, jadi harus memenuhi keinginan masyarakat umum. Keadaan ini sangat sulit karena tergantung pada cuaca, serangan hama dan penyakit, namun dengan biaya tambuhan kesulitan itu dapat diatasi.
5.        Mudah / cepat busuk, tetapi selalu dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Sejak panen sampai pasar memerlukan penanganan secara cermat dan efisien karena akan mempengaruhi kualitas dan harga pasar.
Berdasarkan hasil wawancara kelompok kami yang di lakukan di UPT. Desa Sidera, maka kami dapat memperoleh data sebagai beikut :
Sejarah Singkat UPT. Desa Sidera
Status lahan yang ditempati UPT Sidera adalah lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi yang luas keseluruhannya adalah 1.230 Ha terletak di Desa Pombewe dan Olobojo. Pembukaan lokasi tersebut untuk pemukiman berdasarkan pada Surat Direktur PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi Nomor : 001/HHS-TKI/Ext/95 tentang penyerahan lahan HGU kepada Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah. Seluas 500 Ha di Desa Sidera untuk dijadikan lokasi pemukiman transmigrasi dengan sistem kerjasama pengusahaan tanaman Hortikultura.
Sesuai dengan kondisi fisik lahan yang merupakan lahan kering, bertopografi miring dan bergelombang, maka pemukiman transmigrasi yang dikembangkan dilokasi ini merupakan Transmigrasi Pola Lahan Kering (TPLK) dengan tanaman hortikultura (Sayuran dan buah-buahan) menjadi komoditi utama dengan sasaran produksi untuk ekspor. Namun dalam perjalanannya PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi Tengah yang rencananya akan menjadi bapak angkat ternyata kegiatannya tidak berlanjut, sehingga lahan yang ada oleh warga tetap dikembangkan komoditi holtikultura (sayuran hijau, bawang merah, cabe, tomat) namun pengelolaan sampai pemasarannya ditangani sendiri oleh masing-masing warga transmigran.
Transmigran yang telah ditempatkan di UPT Sidera ini melalui 3 tahap yaitu tahap pertama pada tahun 1996 dengan transmigran yang berasal dari Jawa Tengah, NTT dan APPDT sebanyak 369 jiwa dari 100 KK. Tahap kedua pada tahun 1999 dengan transmigran dari Jawa Timur, NTB, dan APPDT berjumlah 441 jiwa dari 100 KK. Tahap ketiga yaitu tahun 2003 dengan transmigran swakarsa mandiri (TSM) sebanyak 102 jiwa dari 30 KK.
UPT. Sidera yang terletak hanya 15 km dari kota Palu, dapat dijangkau paling lambat 30 menit melalui jalan aspal, hampir tidak ada kendala dalam pengembangannya, bahkan kegiatan ekonomi di lokasi ini sudah tumbuh. Apalagi dengan terpasangnya jaringan listrik pada akhir tahun 2006, diharapkan usaha ekonomi akan semakin membaik terutama berkembangnya usaha industri rumah tangga yang saling menunjang dengan kegiatan usahatani.
Potensi masalah adalah ketersediaan air irigasi perpipaan yang dimanfaatkan warga untuk kegiatan usahatani. Tingkat kdetersediaan dan distribusi air seling mengalami gangguan walaupun pada tahun anggaran 2006, Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah telah melakukan kegiatan perbaikan saluran air perpipaan tersebut dengan biaya yang cukup mahal (berkisar 5 Milyar Rupiah).

a.        Keadaan Wilayah di UPT. Desa Sidera Kecamatan Sigi-Biromaru
 1.1 Letak
            Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Sidera secara administrasi terletak di Desa Sidera Kecamatan Sigi-Biromaru Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis UPT Sidera terletak pada garis bujur 119056’00” BT - 119058’00” BT dan garis lintang 00000’58” LS - 01001’00” LS.
            Secara ekonomi UPT  ini memiliki jarak dengan pusat-pusat pertumbuhan sebagai berikut : Ke Ibu kota Kecamatan Sigi-Biromaru berjarak 5 km, Ke Ibu kota Kabupaten Donggala berjarak 40 km, Ke Ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah (Palu) berjarak 13 km.
1.2 Batas
            Secara fisik UPT Sidera berbatasan dengan : Sebelah Utara dengan Desa Pombewe dan Sungai Paneki, Sebelah Selatan dengan Jl. Raya Sidera – Desa Olobojo dan Sungai Wuno, Sebelah Timur dengan Gunung Kafarantabo, dan Sebelah Barat dengan Jl. Pombewe – Olobojo.
1.3 Aksesibilitas
            Lokasi UPT Sidera dapat dijangkau dengan mudah dari kota palu dengan menggunakan kendaraan roda empat melalui jalan aspal sepanjang 15 km kea rah selatan kota palu, dengan waktu tempuh sekitar 15 – 30 menit.
Untuk mencapai lokasi dapat menggunakan kendaraan umum melalui rute utama yaitu Kota Palu (terminal) + Biromaru (Mpanau) + Desa Sidera + Olobojo             Lokasi UPT Sidera. Ongkos angkutan umum melalui rute tersebut adalah Rp. 3.000,- Rute lainnya adalah Palu (terminal) + Biromaru (Mpanau) + Kampung Pombewe + lokasi. Ongkos angkutan dengan menggunakan kendaraan umum sekitar Rp. 2.500 – Rp. 3.000,-
            Tingkat kemudahan hubungan (aksessibilitas) antara kota palu sebagai pusat perkembangan dengan lokasi, cukup baik. Apalagi pada hari – hari libur lokasi ini dapat merupakan pilihan tempat rekreasi bagi warga kota Palu sekaligus untuk membeli sayuran untuk kebutuhan keluarga.
1.4 Luas dan Bentuk Lokasi
            Berdasarkan Surat Direktur PT. Hasfarm Hortikultura Sulawesi Nomor : 001/HHS-TKI/Ext/95 tentang penyerahan lahan HGU kepada Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah, maka lahan HGU seluas 500 Ha di Desa Sidera diserahkan untuk dijadikan pemukiman transmigran dengan system kerjasama pengusahaan tanaman Hortikultura.
            Pola pemukiman masyarakat di UPT Sidera telah disusun berdasarkan system blok dimana pemukiman masyarakat mengikuti alur jalan yang berhubungan dengan fasilitas umum, dan selebihnya adalah lahan usaha pertanian.
            Lokasi pemukiman di UPT Sidera berupa Satuan Pemukiman (SP) yang terdiri atas SP-A dan SP-B, dimana bentuk lokasi SP-A didominasi oleh lahan berbukit dan bergunung sedangkan bentuk lokasi SP-B relative lebih landai.



1.5 Tanah
            Di UPT Sidera terdapat dua macam tanah yaitu :
3.         Regusol Eutrik yang terbentuk dari bahan induk alluvium dan meliputi areal seluas 775,7 Ha, menyebar pada wilayah datar (0-3 %) hingga berbukit (26-40%).
4.         Regusol Eutrik yang terbebtuk dari bahan induk alluvium dan umumnya terbentuk pada wilayah bergunung (>40%). Luas wilayah untuk macam tanah ini adalah 454,6 Ha.
1.8    Lahan
Peruntukan lahan di UPT Sidera diarahkan pada Transmigrasi Pola  Usahatani Lahan Kering (TPLK) dengan komoditi utama Hortikultura. Alokasi lahan yaitu : Lahan Perkarangan seluas 0,5 Ha dan Lahan Usaha (LU) seluas 0,5 Ha untuk setiap KK transmigran ; Lahan Pusat Desa ; Lahan Test Farm/Seed Farm ; Lahan Kas Desa ; Lahan Pengembalaan ; Lahan Fasilitas Umum dan Jalan Desa ; Lahan untuk Fasilitas umum lainnya. Dalam pengelolaan lahan menggunakan alat tradisional dan dibantu oleh bantuan dari pihak pemerintah berupa “TRAKTOR”. Sedangkan penyiapan bibit dibuat sendiri dan saat panen menggunakan alat tradisional seperti parang dan tenaga mereka sendiri selaku pengelola lahan.
1.9  Topografi
Topografi lahan di UPT Sidera terutama di SP-1 didominasi oleh lahan berbukit sampai bergunung. Adapun klasifikasi lahan di UPT Sidera secara lengkap disajikan pada table berikut :






Tabel 1
Luas Lahan Berdasarkan Kelas Lereng
Bentuk Wilayah
Kelas Lereng (%)
Luas
Ha
%
Datar
Berombak
Bergelombang
Agak Berbukit
Berbukit
Bergunung
0 – 3
4 – 8
8 – 15
15 – 25
25 – 40
> 40

45,50
341,90
95,30
122,40
170,30
454,60
3,70
27,80
7,70
10,00
13,80
37,00
Jumlah
1.230,00
100,00

1.10 Iklim
UPT Sidera yang berada di wilayah Kecamatan Sgi-Biromaru Kabupaten Donggala berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, termasuk ke dalam tipe E4 dimana tidak terdapat bulan basah dan bulan kering terjadi antara bulan 6 – 12. Curah hujan rata – rata pertahun ssekitar 971,2 mm dengan distribusi hujan terbesar terjadi pada bulan Juli sebesar 109,7 mm dan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Maret sekitar 37,5 mm.
1.11 Sumber Daya Air
Untuk mengatasi kebutuhan air tanaman, maka di UPT Sidera telah  dibangun sistem irigasi perpipaan yang inteknya berasal dari sungai wuno yang jaraknya sekitar 9 km dari lokasi UPT ( Unit Pemukiman Transmigrasi ), kemudian air dari irigasi tersebut di alirkan secara gravitasi hingga ke lahan pekarangan rumah warga untuk selanjutnya di manfaatkan untuk kebutuhan usaha tani. Adapun teknik aplikasi air irigasi perpipaan oleh sebagian besar warga menggunakan kincir ( sprinkle ) sehingga penggunaan airnya menjadi lebih efisien dan sangat menunjang usaha budidaya tanaman hortikultura ( utamanya sayur – sayuran ).
Berdasaran data hasil pengujian kualitas air menunjukkan bahwa secara fisik dan kimia kualitas air permukaan yang disalurkan melalui perpipaan ke rumah – rumah warga telah memenuhi kriteria baku mutu air bersih dan air minum. Selain itu air permukaan dari sungai Wuno, sebelumnya telah diadakan sumur dalam sebagai sumber air tanah dengan kedalaman equifer antara 198 – 225 meter dengan debit sedang. Namun penggunaan sumur dalam ini menjadi tidak efektif dan tidak efesien dibandingkan dengan air permukaan karena besarnya biaya operasional terutama bahan bakar dan honor petugas. Dengan demikian dua unit sumur dalam yang ada di UPT Sidera tidak diungsikan lagi kecuali dalam kondisi darurat.
b.   Kependudukan
Berdasarkan data penempatan transmigran di UPT Sidera diketahui bahwa jumlah penduduk sebanyak 912 jiwa dari 230 KK. Daerah asal transmigrasi adalah Jawa tengah, NTT, NTB, APDT dan TSM. Kondisi perkembangan penduduk di UPT Sidera hingga bulan juni 2006 mencapai 264 KK dari 230 KK pada awal penempatan.  Penambahan KK lainnya berasal dari transmigran spontan sebanyak 34 KK yang berasal dari masyarakat korban konflik poso. Adapun pemeluk agama di UPT Sidera ada 2 yang mayoritas di dominasi oleh agama islam selebihnya agama Kristen.
Modal utama untuk kegiatan usaha ekonomi masyarakat di UPT Sidera adalah kepemilikan lahan usaha. Jumlah luas lahan usaha yang telah dibagikan kepada transmigran adalah 200 Ha, yuang terdiri atas 100 Ha lahan pekarangan ( LP )  atau masing - masing KK memperoleh 0,5 Ha dan 100 Ha untuk lahan usaha.
1.        Penempatan
Berdasarkan data penempatan transmigran di UPT Sidera diketahui bahwa jumlah penduduk sebanyak 912 jiwa dari 230 KK. Daerah asal transmigrasi adalah Jawa tengah, NTT, NTB, APDT dan TSM. Adapun uraian jumlah penduduk berdasarkan daerah asal, disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2
Jumlah penduduk berdasarkan daerah dan tahun penempatan
No
Daerah asal
Penempatan
Jumlah
kk
Jumlah
jiwa
Tgl/Bulan/Thn
1.
JATENG
13/01/1996
37
144
2.
NTT
15/ 04/1996
37
119
3.
APPDT
18/04/1996
20
81
4.
APPDT
20/04/1996
6
25
5.
JATIM
27/02/1999
20
63
6.
NTB
04/02/1999
40
195
7.
APPDT
06/03/1999
20
95
8.
APPDT
08/03/1999
20
88
9.
TSM
06/01/2003
30
102

Jumlah

230
912

2.    Perkembangan / Mutasi Penduduk
Kondisi perkembangan penduduk di UPT Sidera hingga bulan juni 2006 mencapai 264 KK dari 230 KK pada awal penempatan.  Penambahan KK lainnya berasal dari transmigran spontan sebanyak 34 KK yang berasal dari masyarakat korban konflik poso.
3.    Struktur Penduduk
Terbagi atas dua bagian, yaitu :
a.         Berdasarkan umur dan jenis kelamin
Pengelompokan penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin bertujuan untuk mengetahui jumlah usia kerja produktif dan tidak produktif. Untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur, dapat di lihat pada tabel berikut :





Tabel 3
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
No
Struktur umur
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
0 - 4
47
49
96
2.
5 - 9
50
48
98
3.
19 - 14
61
56
117
4.
15 - 19
36
35
71
5.
20 - 24
38
38
76
6.
25 - 29
38
39
77
7.
30 - 34
37
33
70
8.
35 - 39
53
39
92
9.
40 - 44
49
48
97
10.
45 - 49
20
44
64
11.
50 - 54
18
22
60
12.
>55
8
6
14

Jumlah
455
457
912

b.      Penduduk menurut mata pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian penduduk di UPT Sidera, Sekitar 98 % bermata pencaharian sebagai petani, terutama petani tanaman hortikultura ( Sayuran dan buah – buahan ) dan sisanya sekitar 2 % bermata pencaharian sebagai pedagang dan PNS ( Pegawai Negeri Sipil ).


c.    Usaha Ekonomi
Jenis tanaman yang banyak diusahakan warga di UPT Sidera adalah jenis sayur – sayuran seperti bawang merah, bawang goreng, tomat, cabe. Rata – rata luas pengusahaan tanaman sayuran untuk setiap KK adalah 0,1 Ha, sehingga secara keseluruhan luas tanaman sayuran dapat mencapai 20 Ha. Khusus untuk tanaman bawang merah dan bawang gioreng mencapai luasan tanaman 12,5 Ha dengan luas panen12,0 Ha. Luas tanam cabe 8,25 Ha dengan luas panen 7,75 Ha. Produktivitas tanaman bawang merah/goreng rata-rata 8-10 ton/Ha sedangkan produktivitas cabe berkisar 10-12 ton/Ha.
Disamping itu, tanaman perkebunan yang diusahakan warga di UPT Sidera, bukan merupakan tanaman utama sehingga jenis dan jumlah tanaman perkebunan yang diusahakan warga transmigran sangat terbatas diantaranya adalah kakao 120 pohon, kelapa 10 pohon dan jambu mete 85 pohon.
Sesuai dengan pola transmigrasi adalah pola hortikultura maka tanaman buah-buahan yang lebih banyak diusahakan di lokasi ini seperti : mangga 500 pohon, jeruk 300 pohon, nangka 150 pohon, serta pisang, nanas dal alpukat. Tanaman buah-buahan tersebut umumnya telah produktif, dan hasilnya selain untuk konsumsi rumah tangga juga banyak diantaranya yang dijual untuk menambha penghasilan keluarga.
            Jenis ternak yang ada yaitu 18 ekor sapi, 67 ekor kambing, 230 ekor ayam dan 60 ekor itik. Untuk pengembangan usaha peternakan utamanya ternak kambing warga melalui kelompok tani, dan kelompok tani tersebut perna memperoleh bantuan dari instansi teknis terkait.
   Usaha perikanan UPT Sidera belum berkembang, namun melihat potensinya sangat memungkinkan untuk mengembangkan usaha perikanan darat berupa kolam/tambak untuk memanfaatkan air buangan irigasi terutama pada malam hari dimana air tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman
Pemenuhan 9 bahan pokok bagi warga di UPT Sidera umumnya diperoleh dikios-kios yang terdapat dilokasi pemukiman, namun tingkat harga relatif tinggi dari pasar diluar lokasi. Hal ini disebabkan karena biaya transportasi barang yang masih tinggi karena akses ke lokasi tersebut belum terlalu lancar.
d.        Sosial budaya
1.      Pendidikan
c.       Pendidikan formal
Untuk sarana pendidikan di UPT Sidera, telah dibangun 1 – 5 unit gedung permanen untuk Sekolah Dasar ( SD ) yang di tempatkan di areal fasilitas umum di SP-A. Adapun untuk proses belajar mengajarnya di tunjang oleh 1 kepala sekolah, 3 orang guru bantu tetap dan 1 orang guru honorer serta 1 orang penjaga sekolah. Jumlah murid secara keseluruhan dari kelas I – VI yaitu 125 orang dengan jumlah murid laki – laki 63 orang dan murid perempuan 62 orang.
d.      Pendidikan non-formal
Selain pendidikan formal, juga terdapat pendidikan non-formal berupa pelatihan keterampilan usaha tani lengkap terpadu sebanyak 26 orang, kursus tani 157 orang, peternakan 100 orang, koperasi 10 orang, kepemimpinan dan pembinaan desa 10 orang, peningkatan keterampilan wanita 25 orang, pertukangan dan industry rumah tangga 10 orang, PKK 30 orang, keluarga berncana ( KB ) 8 orang, pembantu PPL 1 orang dan kesehatan 1 orang. Pelatihan kursus keterampilan ini dilaksanakan oleh instansi pemerintahan di tingkat provinsi dan kabupaten. Dapat juga oleh instansi swasta dan LSM.
Mencermati jenis pelatihan yang telah dilaksanakan dan jumlah warga yang telah mengikuti pelatihan/kursus peningkatan keterampilan sudah cukup memadai, maka dapat dikatakan bahwa kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) di UPT Sidera sudah cukup baik untuk melakukan berbagai kegiatan dalam segala bidang pembangunan.
2.      Kesehatan dan KB
Untuk sarana dan pelayanan kesehatan di UPT Sidera, telah di bangun 1 buah puskesmas pembantu yan dilengkapi dengan 1 buah rumah petugas kesehatan. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, petugas dalam hal ini bidan dibantu oleh 2 orang dukun bayi. Lain halnya dengan pelayanan yang dilakukan oleh dokter yang bersifat insidentil atau pada kondisi – kondisi tertentu saja. Dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan warga, sudah tentu di butuhkan tenaga kesehatan, obat – obatan dan peralatan yang memadai pula.
Adapun jenis – jenis penyakit yang menyerang dan jumlah warga yang terkena penyakit tersebut dalam satu tahun terakhir ini, seperti malaria 11 orang, muntaber 36 orang, infeksi saluran pencernaan 40 orang, infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) 125 orang, penyakit kulit 39 orang dan luka baru 6 orang. Dari informasi ini diketahui bahwa jenis penyakit di UPT Sidera tergolong cukup banyak. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahan – bahan kimia beracun dalam setiap aktivitas usaha tani yang menyebabkan timbulnya penyakit seperti infeksi saluran pencernaan, ISPA, dan penyakit kulit lainnnya.
Dalam usaha pengendalian pertumbuhan penduduk, maka di UPT Sidera di bangun 2 pos KB yang dilayani oleh 1 orang petugas KB ( PLKB ). Adapun penggunaan alat kontrasepsi seperti Pil berjumlah 60 orang, spiral/IUD 5 orang, kodom 1 orang, suntik 53 orang serta susuk 20 orang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran dalam mengendalikan kelahiran sudah cukup baik.
3.      Kesenian
Adapun jenis kesenian yang sudah ada di UPT Sidera yaitu kesenian kuda lumping dan music samrah. Secara umum, kegiatan kesenian belum terlalu berkembang, karena minimnya peralatan kesenian dan belum adanya pembinaan.
4.      Olah raga
Kegiatan olah raga yang ada di UPT Sidera seperti sepak bola 1 kelompok, sepak takraw 1 kelompok dan volley ball 3 kelompok. Akan tetapi kegiatan olah raga yang ada ini hanya bersifat musiman saja tergantung dari situasinya. Misalnya hanya pada saat peringatan hari – hari besar nasional.Yang menjadi kendala pengembangan kegiatan olahraga di UPT sidera ini yaitu karena belum tersedianya lapangan olahraga yang refresentatif untuk di gunakan oleh warga sebagai sarana  pembinaan prestasi dan peningkatan hubungan social baik diantara sesame warga trans maupun dengan warga di luar lokasi transmigrasi.
5.      Agama
Adapun pemeluk agama di UPT Sidera ada 2 yang mayoritas di dominasi oleh agama islam selebihnya agama Kristen. Jumlah penduduk pemeluk agama islam yaitu 794 orang. Untuk sarana peribadatan, telah di bangun 2 buah mesjid yang masing – masing berada di tempat yang berbeda. 1 buah berada di SP-A yang di bangun bersamaan dengan fasilitas umum dan yang satunya lagi berada di SP-B yang di bangun secara swadaya. Untuk pembinaan umat, ada 3 orang rohaniawanyang secara rutin bertugas. Sedangkan kitab suci Al-Qur’an yang secara khusus terssedia di mesjid belum ada. Sedangkan jumlah pemeluk agama Kristen yaitu 26 orang dan telah memiliki 1 rumah ibadah yang di bombing oleh 1 rohaniawan.
6.      Organisasi desa
Sebagai wadah kegiatan social masyarakat di UPT Sidera, di bentuk beberaepa organisasi social seperti PKK 1 kelompok, kelompok tani 9 kelompok, karang taruna 1 kelompok dan KUD 1 kelompok. Peran dari masing – masing kelompok – kelompok social yang ada ini belum maksimal bahkan beberapa kelompok sudah tidak aktif lagi.
7.      Organisasi Pemerintah Desa
Untuk pembinaan warga di UPT Sidera, telah di angkat kepala desa dan sekretaris berdasarkan hasil pemilihan oleh warga. Perangkat desa terdiri atas 1 orang kaur pemerintahan, yang dibantu oleh 2 orang kepala dusun dan 10 RT. Adapun untuk pengamanan wilayah desa, di angkat pula 9 petugas pertahanan sipit yang biasa di sebut Hansip. Untuk menjalankan administrasi pemerintahan, telah tersedia 1 buah kantor desa beserta balai pertemuan warga desa.
8.      Pelayanan pos dan telekomunikasi
Untuk sarana komunikasi, warga umumnya sudah memiliki sarana telepon. Bahkan beberapa warga sudah memiliki handphone sendiri karena dilokasi ini jangkauan ( signal ) cukup baik. Dengan kata lain bahwa sarana telekomunikasi di lokasi pemukiman ini tidak ada masalah.
9.      Inventaris UPT
Untuk menunjang berbagai kegiatan administrasi dan pelayanan kepada warga, di UPT Sidera ini di lengkapi dengan barang – barnag inventaris kantor berup  1 buah mesin ketik, 1 buah lemari/rak, 4 buah papan statistic, 12 buah kursi tamu, 6 buah meja kerja dan 1 unit peta.
10.  Harta kekayaan transmigran
Kepemilikan harta kekayaaan warga, dapat menjadi tolok ukur keberhasilan warga tersebut.  Di UPT Sidera kepemilikan harta transmigran berupa : mobil 1 buah, sepeda motor 22 buah, parabola 1 buah, televise 1 buah, radio 3 buah, tape recorder 12 buah, petromaks 8 buah, dan mesin jahit 4 buah.
11.  Sarana dan prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang ada di UPT sidera yaitu 1 buah kantor desa, 1 buah bangunan kesehatan, 1 buah rumah petugas kesehatan, 6 buah bangunan pendidikan, 3 buah rumah guru, 1 buah balai desa, 1 buah bangunan KUD, 3 buah rumah ibadah, 2 unit tanah kuburan, 2 unit tanah kas desa serta lapangan olahraga volley dan takraw masing – masing 1 buah.
1.    Pemasaran dan transportasi
a.    Harga 9 bahan pokok
Pemenuhan 9 bahan pokok bagi warga di UPT Sidera, umumnya diperoleh dari kios – kios yang terdapat dilokasi pemukimkan. Namun, tingkat harganya relatif lebih tinggi dibanding dengan harga di luar lokasi pemukiman harga. Hal ini disebabkan karena akses kelokasi tersebut belum terlalu lancar sehingga biaya transportasi barang juga tinggi. Hal inilah yang menyeabkan sampai harga barang di UPT Sidera relatif tinggi.
Untuk mengetahui tinggkat harga 9 bahan pokok di UPT Sidera, dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4
Jenis bahan pokok dan harga yang berlaku di UPT Sidera
No
Jenis barang
Harga
( Rp )
Satuan
Tempat
pembelian
1.
Beras
3.500
Kg
Kios di UPT
2.
Gula pasir
6.500
Kg
Kios di UPT
3.
Minyak tanah
2.750
Liter
Kios di UPT
4.
Minyak kelapa
6.000
Liter
Kios di UPT
5.
Garam
1.000
Bungkus
Kios di UPT
6.
Terigu
4.000
Kg
Kios di UPT
7.
Sabun ( Rinso )
12.000
Kg
Kios di UPT
8.
Kecap
3.500
Botol
Kios di UPT
9.
Ikan asin
17.500
Kg
Kios di UPT

b.    Tansportasi
Situasi transportasi dari lokasi menuju kota – kota pemasaran, disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5
Kondisi sarana transportasi kekota pemasaran
No
Uraian
Kota pemasaran
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
1.
Jarak pasar dari pemukiman ( Km )
5
40
15
2.
Alat angkut dari pemukiman
Roda 4
Roda 4
Roda 4

Frekuensi angkutan ke pemukiman
3 kali per minggu
Setiap hari
Setiap hari

Waktu tempuh dari pasar ke lokasi
20 menit
1 jam,
  jam

Untuk kelancaran hasil usaha tani serta usaha ekonomi lainnya sangat tergantung pada prasarana dan sarana transportasi yang tersedia.

2.    Industri rumah tangga dan usaha jasa
Di UPT Sidera hingga saat ini industry rumah tangga maupun usaha jasa belum berkembang. Walaupun beberapa rumah tangga transmigran memiliki keterampilan untuk usaha industri seperti pembuatan tahu, tempe dan jamu.
Adapun usaha jasa yang ada di UPT Sidera yaitu warung 6 buah, tukang jahit 1 unit, tukang batu 6 orang, tukang kayu 10 orang dan reparasi elektronik 1 orang. Usaha jasa yang ada ini bukan merupakan sumber pendapatan utama, melainkan hanyalah usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga. Karena mata pencaharian utama mereka yaitu sebagai usaha tani.
3.    Kelembagaan ekonomi
Di UPT sidera telah didirikan lembaga ekonomi berupa Koperasi Unit Desa                         ( KUD ) bernama “ Karya Pura “ yang berdidi pada tanggal 19 Februari 1996 dan telah berbadan hokum dengan nomor : 56/BH/KDK-19/IV/1999 dengan jumlah pengurus 6 orang dan anggotanya sebanyak 150 orang.
Untuk menjalankan kegiatannya, KUD  pernah memperoleh bantuan modal dari dinas nakertrans provinsi Sulawesi Tengah sebesar 48.000.000,00, dan simpanan pokok anggota sebanyak 754.000,00, sehingga secara keseluruhan jumlah modal kerja KUD ini telah mencapai 49.540.000,00.
Pada tahap perkembangan selanjutnya, kegiatan KUD ini belum maksimal dalam membantu anggotanya, terutama dalam menunjang berbagai kegiatan usaha ekonomi termasuk kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran usaha tani serta hasil – hasil usaha lainnya.
4.2 Interaksi Sosial Masyarakat UPT. Sidera
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.
Interaksi sosial yang ada di UPT. Sidera berjalan dengan baik dan dapat terlihat dengan dibentuknya beberapa organisasi desa berupa pembentukan kelompok usahatani, kelompok PKK, serta KUD. Disamping itu, terjadi interaksi yang baik antara sesama warga masyarakat sekitar.

     
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


6.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan diatas maa dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.      Keadaan wilayah yang ada di UPT. Sidera merupakan lahan kering, bertopografi miring dan bergelombang. Maka pemukiman transmigrasi yang dikembangkan dilokasi ini merupakan Transmigrasi Pola Lahan Kering (TPLK) dengan tanaman hortikultura (Sayuran dan buah-buahan) menjadi komoditi utamanya.
2.      Perekonomian yang ada di UPT. Sidera yaitu telah didirikan lembaga ekonomi berupa Koperasi Unit Desa (KUD) bernama “ Karya Pura “ yang berdiri pada tanggal 19 Februari 1996 dan telah berbadan hokum dengan nomor : 56/BH/KDK-19/IV/1999 dengan jumlah pengurus 6 orang dan anggotanya sebanyak 150 orang. Jenis tanaman yang banyak diusahakan warga di UPT Sidera adalah jenis sayur – sayuran seperti bawang merah, bawang goreng, tomat, cabe.
3.      Keadaan sosial budaya yang ada di UPT. Sidera ini antara lain :
a.       Pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non-formal.
b.      Balai Kesehatan (puskesmas) yang dilengkapi 1 buah rumah petugas kesehatan.
c.       Kesenian berupa musik samrah
d.      Olah raga terdiri dari sepak takraw, volly ball.
e.       Agama mayoritas islam
4.      Cara pengelolaan tanaman hortikultura di UPT Sidera sudah menggunakan alat tekhnologi canggih berupa traktor, tetapi masih ada sebagian yang menggunakan alat sederhana di samping itu juga, petani sayuran di UPT. Sidera ini menggunakan pupuk untuk tanaman sayuran (hortikultura) tersebut.
6.2 Rekomendasi
                 Adapun rekomendasi yang dapat kami sampaikan yaitu :
1.    Upaya pengelolaan Hortikultura di UPT. Sidera seharusnya lebih ditingkatkan lagi, sehingga dapat berdampak positif kepada masyarakat yang ada di kawasan UPT. Sidera. Dan juga hasilnya dapat dikenal oleh masyarakat luas serta masyarakat sekitar.
2.    Pemerintah daerah juga sebaiknya turun langsung ke lapangan agar dapat melihat kondisi yang nyata dan yang ada sekarang ini di UPT Sidera, sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan yang diperlukan masyarakat

 DAFTAR PUSTAKA

Adhi Santika, 1994.  Program Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dalam Pelita VI.  Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P. 36 – 42.
Bungaran Saragih, 1999.  Sektor Agribisnis sebagai Tulang punggung Pembangunan  Ekonomi Indonesia.  Gerakan Terpadu Peduli Pertanian, Undip Semarang. 14 pp.
Dudung Abdul Adjid,  1993.  Kebijaksanaan Pengembangan Hortikultura di Indonesia dalam Pelita VI.  Seminar dan Konggres PERHORTI.  Malang 20-21 Nopember 1993.        

Kasumbogo Untung,  1994.  Peranan Hortikultura dalam Perbaikan Lingkungan Hidup.  Proc. Simp. Hort. Nas., Malang.  P 22 – 25.
Sri Setyati Haryadi,  1994.  Perbaikan Pendidikan di Bidang Hortikultura. Proc. Simp. Hort.  Nas.,  Malang.  P 27 – 29.













           
           

     
     
     



           






























Gambar Hasil Pertanian di UPT Sidera

0 komentar:

Posting Komentar