Mikrobiologi Pangan Part II
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi pangan adalah suatu
ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang sangat kecil
tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang mempelajari tentang
mikroba yang sering ditemukan pada pangan disebut mikrobiologi pangan. Yang
dimaksud dengan pangan disini mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan
maupun yang sudah diolah.
Mikrobiologi
pangan merupakan bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral. Bahan berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada
yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan
makanan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Bahan makanan merupakan
medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme
dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat dan menjadikan lemak
dan minyak berbau tengik. Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan
misalnya dapat menghasilkan produk-produk makanan khusus seperti keju dan acar,
kedua produk ini tidak mudah rusak.
Mikroorganisme
memiliki peranan penting dalam bahan makanan dintaranya dapat menentukan taraf
mutu bahan makanan, dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.
Disamping itu mikroorganisme dapat merupakan makanan tambahan bagi manusia dan
hewan. Sesungguhnya mikroorganisme bahkan merupakan sumber makanan pilihan yang
menarik.
Pertumbuhan mikroba pada pangan
dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan. Mikroba yang merugikan misalnya yang menyebabkan
kerusakan atau kebusukan pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau
keracunan pangan. Sedangkan mikroba yang menguntungkan adalah yang
berperan dalam proses fermentasi pangan, misalnya dalam pembuatan tempe,oncom,
kecap, tauco, tape dll. Oleh sebab itu dengan mengetahui sifat-sifat mikroba
pada pangan kita dapat mengatur kondisi sedemikian rupa sehingga pertumbuhan
mikroba yang merugikan dapat dicegah, sedangkan mikroba yang menguntungkan
dirangsang pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat
menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses
pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi,
seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada
masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru
seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup
mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi pembuatan
makanan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan nilai gizi
2. Untuk mengetahui peningkatan peran penggadaan bau dan rasa
3. Untuk ,mengetahui mikroorganisme yang merugikan pangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peningkatan Nilai Gizi
Bahan makanan terdiri dari protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan berbau tengik. Keberadaan
mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba
mengakibatkan kerusakan makanan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun.
Mikroba dapat juga menguntungkan, misalnya : menghasilkan produk-produk makanan
khusus. Makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam
mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan
menjadikan lemak atau minyak
Kandungan mikroba di bahan pangan
dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan
sanitasi pada pengolahan pangan tersebut serta keefektifan metode
pengawetannya.
Pentingnya mikroorganisme dalam
bahan makanan , antara lain :
1.
Adanya mikroorganisme terutama jumlah dan macamnya,
dapat menentukan taraf mutu bahan makanan.
2.
Mikroba dapat mengakibatkan kerusakan makanan
3.
Beberapa mikroba dapat digunakan untuk membuat
produk-produk pangan khusus
4.
Beberapa mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau
makanan tambahan bagi manusia dan hewan
5.
Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan
Jenis dan cara peningkatan mutu gizi pangan
Penambahan zat-zat gizi kedalam
bahan makanan dikenal dengan istilah fortifikasi (fortification) atau enrichment
(memperkaya). Istilah lain yang sering digunakan dengan maksud yang sama
adalah supplement (penambahan), restoration (restorasi, atau pemulihan
kembali), dan sekarang banyak digunakan istilah baru yaitu nutrification
(nutrifikasi) yang secara harfiah berarti mempergizi atau dengan kata lain
meningkatkan nilai gizi.
Suplementasi
Suplementasi harus dilakukan dengan
memenuhi persyaratan tertentu. Untuk tujuan meningkatkan nilai gizi suatu bahan
makanan, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut :
a. Zat gizi
yang ditambahkan tidak mengubah warna dan citrasa bahan makanan;
b.
Zat gizi
tersebut harus stabil selama penyimpanan
c. Zat gizi
tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu interaktif negative dengan zat gizi
lain yang terkandung dalam bahan makanan.
d. Jumlah yang
ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu, sehingga kemungkinan
terjadinya keracunan (akibat over –dosis) dapat dihindarkan.
Suplementasi
Protein
Efisiensi penggunaan protein atau
mutu gizi suatu protein dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan kepada
protein yang kekurangan (defisiensi), sejumlah kecil protein lain yang kaya
akan asam amino yang kadarnya rendah dalam protein yang defisien tersebut.
Contoh pada jagung, kelemahan
kandungan jagung adalah asam amino esensialnya rendah.terutama lisin dan
triptofan, itulah sebabnya mengapa mengunakan jangung yag tinggi harus
diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan
asam aminonya tinggi , seperti tepung kedelai.
Metode yang biasanya
digunakan adalah dengan cara menambahkan kepada suatu protein defisien yang
jumlahnya ditingkatkan secara bertahap. Kemudian masing-masing campuran
dievaluasi nilai gizinya (nilai PER) menggunakan tikus percobaan.
Suplementasi serat makanan
Dewasa ini banyak diproduksi dan
dipasarkan serat makanan dalam bentuk pil atau tablet, yang disebut supplement.
Yang dimaksudkan dengan suplementasi serat makanan dalam buku ini adalah
penambahan serat makanan dalam pengolahan suatu produk makanan, misalnya roti,
biscuit, dan lain-lain, dengan tujuan untuk meningkatkan kadar seratnya.
Karena fungsinya yang
baik untuk kesehatan, serat makanan tidak lagi dianggap sebagai bahan
non-esensial; the National Cancer Institute dan Federation of the American Societies
for Experimental Biology di Amerika Serikat, menganjurkan konsumsi serat
makanan ditingkatkan menjadi sekitar 20-30 g per hari (ncl, 1984;Pilch,1987)
Selain dari buah-buahan
dan sayuran, serat makanan dapat juga diperoleh dari limbah hasil pertanian
misalnya dedak gandum, dedak padi (bekatul), dedak oats, ampas tahu, ampas
kecap, dan lain-lain. Suplementasi serat makanan dapat dilakukan pada produk
pangan seperti cookies, crackers, tortilla chips, fruit smack, exruded snack,
pretzels, granola bars, dan produk pangan lainnya termasuk roti.
Peningkatan
nilai gizi bahan makanan dengan cara suplementasi dan fortifikasi dilakukan
karena dua macam alasan. Yang pertama disebabkan karena bahan makanan tersebut
secara alami defisien akan suatu zat gizi tertentu. Yang kedua adalah karena
bahan makanan tersebut kehilangan suatu zat gizi akibat proses pengolahan.
Selain alasan tersebut, digunakan pula untuk meningkatkan konsumsi suatu
zat gizi tertentu oleh masyarakat. Sebagai contoh, garam dapur yang mengandung
iodium.
Cara Menjaga Gizi dalam Mengolah dan
Menyimpan Makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan tanda-tanda kerusakan baik secara organoleptik maupun secara
objektif. Di bawah ini beberapa kriteria bahan makanan yang dapat dipilih.
- Serealia dan kacang-kacangan pilih yang kering, tidak ada kutu, tidak berlubang dan tidak bau apek.
- Buah dan sayur, pilih sayur yang berwarna hijau, segar, tidak berlubang, sayur akar masih muda, sayur yang berwarna lebih terang.
- Daging dan ikan, pilih ikan dengan mata yang masih bening, insang berwarna merah, sisik melekat kuat, daging masih kenyal, tidak ada aroma busuk dan lendir yang berlebihan.
- Susu dan hasil olahan, pilih susu yang homogen, tidak menggumpal, tidak mengeras atau berlendir
- Telur ayam bura, ras, itik, angsa, puyuh, dan penyu. Pilih telur dengan kulit masih utuh, tidak retak, tidak ada kotoran menempel.
- Makanan kaleng atau makanan awetan, pilih makanan kaleng yang tanggal kadaluarsanya masih jauh, bentuk kaleng normal tidak cembung atau cekung, tidak penyok dan tidak karatan.
Tujuan pengolahan adalah:
- meningkatkan organoleptik atau cita rasa pangan
- meningkatkan daya guna
- meningkatkan nilai gizi dan mengurangi/mematikan zat yang berbahaya
- menignkatkan daya simpan/lebih awet
- meningkatkan nilai ekonomi pangan
- mendapatkan prodek pangan baru
Di dalam melakukan pengolahan perlu diperhatikan
beberapa prinsip, yaitu:
- menggunakan bahan baku/dasar yang baik
- menggunakan dan melaksanakan prosedur pengolahan secara benar
- menjaga higiene sanitasi makanan
- mempertahankan sifat-sifat asli/alamiah pangan
Secara umum proses pengolahan akan berpengaruh positif
terhadap gizi atau komponen pangan.
- Protein
- Karbohidrat
- Lemak
- Vitamin
- Mineral
- Zat-zat Toksin
2.2
Peran Mikroorganisme Pangan
a.
Berperan
di Dalam Peningkatan Nilai Gizi/Nutrisi Makanan
Kandungan mikroba dalam
suatu specimen pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan
mentahnya keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan
metode pengawetannya. Ini terjadi seperti di dalam pembuatan tempe dari kedele,
atau pembuatan bahan makanan lain seperti oncom, tuco, terasi dan sebagainya,
yang disamping akan menghasilkan nilai gizi/ nutrisi yang jauh lebih baik dan
lengkap, juga nilai organoleptik makanan hasilnya akan lebih baik dan
meningkat.
b. Berperan di Dalam Pengadaan Bau dan Ras
Contohnya seperti
terjadi pada tempe, bau dan rasa kacang kedele yang langsung direbus, rata-rata
kurang menarik kalau dibandingkan dengan kacang kedele yang telah diproses
melalui proses fermentasi yang menghasilkan produk akhir berupa tempe. Juga bau
dan rasa susu segar misalnya, banyak yang tidak menyukai kalau dibandingkan
bila susu tersebut telah difermentasi menjadi makanan lain, antara lain
yoghurt.
c. Berperan di Dalam Perubahan Warna
Warna, seperti juga bau
dan rasa, mempunyai arti yang sangat penting untuk bahan makanan. Warna makanan
yang menarik akan lebih banyak mendatangkan peminat kalau dibandingkan makanan
tersebut tidak mempunyai warna tertentu. Warna hasil proses mikroba disamping
sesui untuk tubuh, stabil, juga aman (tidak ada kecenderungan bersifat
karsinogenik).
2.3
Mikroorganisme yang Merugikan Pangan
Kebanyakan bahan makanan merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan banyak macam mikroba. Pada keadaan fisik
7°-60° C. mikroba yang tumbuh pada bahan makanan akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada bahan makanan, seperti berikut :
a. Mengubah bau, rasa dan
warna yang tidak dikehendaki
b. Menurunkan berat atau
volume.
c. Menurunkan nilai gizi/nutrisi.
d. Mengubah bentuk dan susunan
senyawa.
e. Menghasilkan toksin
(senyawa racun) yang membahayakan
Kelompok mikroba seperti bakteri,
jamur dan ragi merupakan penyebab terjadinya kerugian pada bahan makanan
seperti diatas. Karenanya terhadap bahan makanan, sejak bahan baku, selama
proses, selama pengolahan dan penyimpanan, selalu diusahakan untuk tidak
dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
Kerusakan paling umum terjadi pada
bahan makanan adalah pembusukan, dan ini dapat disebabkan bakteri maupun jamur.
Dipihak lain sering makanan yang mengandung enterotoksin dalam jumlah cukup
banyak untuk menimbulkan penyakit biasanya mempunyai penampilan, bau dan rasa
yang normal, sehingga masih dikonsumsi sehingga menimbulkan keracunan.
Berikut ini merupakan proses-proses
peruraian kerusakan pangan oleh mikroba sebagai berikut :
1.
Bahan makanan + mikroorganisme proteolitik asam amino
+ amin + amonia + hydrogen sulfide
2.
Bahan pangan berkarbohidrat + mikroorganisme peragi
karbohidrat asam +
alcohol + gas
3.
Bahan pangan berlemak + mikroorganisme lipolitik asam
lemak + gliserol
Berikut ini merupakan beberapa
contoh kerusakan pada makanan berkaleng oleh mikroba antara lain :
No
|
Tipe
kerusakan
|
Kelompok
pH
|
Contoh
|
1
2
3
4
5
|
Termofili : asam-datar
Annaerob termofilik
Kerusakan oleh sulfide
Lactobacillus
Khamir
Kapang
|
5,3 dan lebih tinggi
4,8 dan lebih tinggi
5,3 dan lebih tinggi
4,5-3,7
3,7 dan lebih tinggi
3,7 dan lebih tinggi
|
Jagung, kacang polong
Bayam, jagung
Jagung, kacang polong
Buah-buahan
Buah-buahan
Buah-buahan
|
Berikut ini merupakan beberapa
contoh kerusakan pada makanan tidak berkaleng oleh mikroba antara lain :
No
|
Makanan
|
Tipe
Kerusakan
|
Mikroorganisme
|
1
2
3
4
5
|
Roti
Sirup
Buah-buahan dan sayurmayur
segar
Ikan
Telur
|
Bulukan
Menyerabut
Menyerabut
Rasa khamir
Busuk lunak
Busuk berkapang kelabu
Busuk berkapang hitam
Berubah warna
Pembusukan
Busuk hijau
Busuk tak berwarna
|
Rhizopus nigricans, Penicillium
Aspergillus niger
Bacillus subtilis
Enterobacter aerogenes
Saccharomyces, zygosacharomyces
Rhizopus , Erwinia
botrytis
Aspergillus niger
Pseudomonas
Alcaligenes, Flavobacterium
Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas, Alcaligenes
|
Dalam kerusakan makanan berkaleng,
tipe kerusakan mikrobiologis terpenting pada makanan yang dikalengkan secara
komersial adalah :
a.
Kerusakan
asam-datar. Kerusakan ini disebabkan karena pembentukan asam. Namun, masih
mempertahankan penampilan luarnya yang normal; ujung-ujung kaleng itu tetap
datar, karena itu dikenal istilah “asam-datar”. Organisme penyebab umumnya
adalah Bacillus.
b.
Kerusakan AT. Tipe
kerusakan ini disebabkan oleh anaerob termofilik karena itu dinamakan “AT”.
Bakteri AT adalah Clostridium thermosaccharolyticum. Bakteri ini memfermentasi
gula, menghasilkan asam dan gas; setelah beberapa waktu lamanya gas tersebut
mengakibatkan kaleng membengkak dengan ujung-ujungnya menggelembung.
c.
Kerusakan
akibat sulfide, tipe kerusakan ini disebabkan oleh bakteri
desulfotomaculum nigrificans), terutama pada bahan makanan dengan kadar asam
rendah. Selama pertumbuhan dan metabolismenya, bakteri ini menghasilkan
hydrogen sulfide.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian tersebut diatas, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain :
1.
Mikroorganisme memiliki peranan penting
dalam bahan makanan dintaranya dapat menentukan taraf mutu bahan makanan, dapat
digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus. Disamping itu
mikroorganisme dapat merupakan makanan tambahan bagi manusia dan hewan.
2.
Keberadaan mikroba pada makanan, ada yang
menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia. Kandungan mikroba yang
terkandung didalam bahan pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan
mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut serta
keefektifan metode pengawetannya.
0 komentar:
Posting Komentar